Wakil Presiden Jusuf Kalla kembali menegaskan bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam atau Muslim, namun bukan kelompok radikal atau ekstrem yang akhir-akhir mengganggu keamanan dunia melalui aksi-aksi terorisme.
"Soal ekstremisme dan radikalisme masih pertanyaannya seperti biasa, apa dan di mana, tapi tidak ada menjawabnya tentang kenapa, padahal radikalisme selalu terjadi di negara yang gagal, Afghanistan ada Taliban, Irak dan Suriah ada ISIS, kemudian karena tindakan semena-mena negara-negara besar kepada negara-negara itu, timbullah kemarahan, hilang harapan, nah timbullah radikal," kata Wapres di Hotel Imperial Tokyo, Jepang, Senin (5/6/2017).
Wapres menyampaikan hal itu dalam pidatonya di forum Nikkei "Konferensi Internasional Ke-23: Masa Depan Asia" yang mengambil tema "Globalisme di Persimpangan: Langkah Asia selanjutnya".
Sementara, kata Wapres, Indonesia bukan negara gagal dan Pemerintah tidak akan membiarkan paham-paham radikal dan ekstrem menyebar luas.
"Bahwa ada orang-orang yang berpikir tentang khalifah memang ada, tapi perkembangannya tidak sebesar yang dibayangkan, dan belajar dari itu, pemerintah menanggapinya dengan serius," kata dia.
Proteksi
Selain terkait isu radikalisme dan ekstremisme, Wapres juga mengangkat kesempatan yang perlu diambil Asia di tengah maraknya proteksionisme yang dimulai dengan "American First" oleh Presiden AS Donald Trump dan "Brexit" oleh Inggris yang keluar dari Uni Eropa (UE).
"Kalau Anda masuk ke toko-toko di Amerika,?departement store?itu boleh bilang 80 persen buatan China, kita juga ada, buatan Asia lah, jadi apakah mungkin bersaing dengan Asia? Susah sekali karena yang pertama kali kena orang Amerika, daya belinya menurun," kata dia.
Oleh karena itu, Wapres kembali menyampaikan komitmen Indonesia pada globalisasi dan pentingnya Asia untuk terus maju pada perdagangan bebas dan adil.
Usai menyampaikan pidato di hadapan sekitar 100 peserta dalam forum Nikkei, Wapres melakukan sesi tanya jawab yang dipandu editor senior Nikkei Jepang. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement