Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Minyak Jatuh, Imbas Kenaikan Produksi Pengeboran di AS

Harga Minyak Jatuh, Imbas Kenaikan Produksi Pengeboran di AS Kredit Foto: Reuters/Sergei Karpukhin
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak turun pada hari Senin (19/6/2017), terbebani oleh pasokan tinggi meskipun ada sebuah inisiatif yang dipimpin OPEC dalam rangka mengurangi produksi dalam rangka memperketat pasar.

Tanda-tanda permintaan yang tidak pasti memicu sentimen lemah, mendorong tingkat harga sebanding dengan saat pemotongan output pertama kali diumumkan akhir tahun lalu.

Harga minyak mentah Brent LCOc1 turun 11 sen atau 0,23 persen menjadi $47,26 per barel pada 0035 GMT.

Minyak mentah berjangka A.S. West Texas Intermediate (WTI) CLc1 turun 11 sen atau 0,25 persen menjadi $44,63 per barel.

Harga untuk kedua tolok ukur turun hampir 13 persen sejak akhir Mei, ketika produsen yang dipimpin oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) memperpanjang janji mereka untuk memangkas produksi sebesar 1,8 juta barel per hari atau barels per day (bpd) pada sembilan bulan tambahan sampai Akhir kuartal pertama 2018.

Pedagang mengatakan bahwa faktor utama yang mendorong harga rendah adalah kenaikan produksi A.S. yang terus melaju yang merongrong upaya yang dipimpin oleh OPEC untuk mengetatkan pasar.

"Jumlah rig minyak A.S. terus meningkat, naik 6 minggu lalu, sejak kenaikan itu terjadi pada 27 Mei 2016, produsen telah menambahkan 431 rig minyak," ungkap Goldman Sachs Jumat malam, sebagaimana dikutip dari laman Reuters, di Jakarta, Senin (19/6/2017).

Bank AS mengatakan bahwa jika jumlah rig tetap berada pada level saat ini, produksi minyak AS akan meningkat sebesar 770.000 barel per hari antara kuartal keempat tahun lalu dan kuartal yang sama tahun ini di ladang minyak serpih Permian, Eagle Ford, Bakken Dan Niobrara.

Pasokan dari dalam OPEC dan negara-negara lain yang secara resmi berpartisipasi dalam pemotongan tersebut, seperti Rusia, juga tetap tinggi karena beberapa negara belum sepenuhnya memenuhi janji mereka.

Ada juga indikator yang menuntut pertumbuhan di Asia, wilayah konsumen minyak terbesar di dunia, juga masih mengulur-ulur waktu.

?Impor minyak mentah Jepang-bersih turun 13,5 persen di bulan Mei dari bulan yang sama tahun sebelumnya, menjadi 2,83 juta barel per hari,? ujar Kementerian Keuangan pada hari Senin.

India, yang baru-baru ini melampaui Jepang sebagai pengimpor minyak terbesar kedua di Asia, melihat permintaan minyak Mei turun 4,2 persen di bulan Mei, dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.

Di China, yang menantang Amerika Serikat sebagai pengimpor terbesar di dunia, pertumbuhan permintaan minyak telah melambat untuk beberapa waktu, meskipun dari tingkat rekor, dan analis memperkirakan pertumbuhan akan melambat dalam beberapa bulan mendatang.

"Mengurangi melimpahnya pasokan minyak akan menjadi tantangan," pungkas bank ANZ pada hari Senin.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: