Israel mengatakan pada hari Minggu (24/7/2017) bahwa pihaknya tidak akan mencabut upaya pemasangan detektor logam yang dipasang di luar sebuah masjid besar Al-Aqsa di Yerusalem yang telah memicu bentrokan berdarah dengan orang-orang Palestina, namun pihak Israel menyebutkan dapat mengurangi penggunaannya.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengadakan rapat bersama dengan kabinet bidang keamanannya pada hari Minggu malam. Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengatakan bahwa dirinya akan menghentikan hubungan keamanan dengan Israel sampai mereka menghilangkan detektor logam yang terpasang di pintu gerbang pintu masuk ke plaza masjid Al-Aqsa, setelah kejadian tragis dimana dua petugas polisi Israel ditembak mati pada 14 Juli.
Pemerintah sayap kanan Netanyahu terlihat tunduk pada tekanan Palestina atas lokasi tersebut, yang mana oleh orang Yahudi sangat dipuji sebagai sisa dua situs kuno bersejarah bagi mereka. Situs tersebut berada di antara wilayah Yerusalem Timur yang dikuasai oleh Israel dalam perang tahun 1967, dan diklaim secara sepihak sebagai ibukotanya, dan tidak diakui secara internasional.
"Alat tersebut (detektor logam) akan tetap terpasang. Pembunuh tidak akan pernah memberitahu kita bagaimana caranya menemukan mereka," ujar Tzachi Hanegbi, menteri pembangunan daerah Israel, kepada Radio Angkatan Darat, sebagaimana dikutip dari laman Reuters, di Jakarta, Senin (24/7/2017).
"Jika mereka (orang Palestina) tidak mau masuk masjid, maka biarlah mereka tidak masuk masjid," tambahnya.
Khawatir dengan apa yang mereka anggap sebagai pelanggaran terhadap pengaturan akses puluhan tahun yang telah berlaku di situs tersuci ketiga di Islam tersebut, banyak orang Palestina menolak untuk masuk melalui detektor logam, mereka malah mengadakan sholat dan sering melakukan aksi demonstrasi.
Saksi Reuters melaporkan beberapa bentrokan ringan terjadi antara umat Muslim dan pasukan keamanan Israel setelah sholat di pintu masuk Kota Tua Yerusalem pada hari Minggu malam. Sumber medis Palestina tidak melaporkan adanya luka serius.
Lonjakan ketegangan, dan kematian tiga orang Israel dan empat orang Palestina dalam kekerasan pada hari Jumat dan Sabtu, telah memicu perhatian internasional, dan meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengadakan sebuah pertemuan pada hari Senin untuk mencari cara untuk menenangkan situasi.
Washington mengirim Jason Greenblatt, perwakilan khusus Presiden Donald Trump untuk negosiasi internasional, ke Israel pada hari Minggu malam dengan harapan dapat membantu mengurangi ketegangan, ujar seorang pejabat senior pemerintah.
"Presiden Trump dan pemerintahannya secara ketat mengikuti berbagai peristiwa di wilayah ini,"ujar pejabat tersebut. "Amerika Serikat benar-benar mengecam kekerasan teroris baru-baru ini," tambahnya.
Dua orang Yordania tewas dan seorang warga Israel terluka dalam insiden penembakan pada hari Minggu di sebuah bangunan di dalam kompleks kedutaan Israel di ibukota Yordania, yakni Amman, polisi dan seorang sumber keamanan setempat mengatakan.
Rincian tentang apa yang terjadi masih belum jelas. Pihak Israel melarang untuk melaporkan insiden tersebut, dan tidak memberikan komentar dari publik. Yordania telah memperlihatkan sebuah aksi demonstrasi kemarahan publik terhadap Israel dalam beberapa hari ini, dengan pejabat Yordania menyerukan agar pihak Israel menghilangkan detektor logam yang berada di masjid Al-Aqsa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Advertisement