Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) hari ini mengumumkan 44 pemenang karya ilmiah dari total 555 abstrak dan makalah yang telah diterima melalui proses Call for Papers seputar persoalan ketimpangan di Indonesia.
Pemenang karya tersebut akan menyampaikan hasil pemikirannya bersama sama dengan para ahli ketimpangan dunia dalam acara Indonesia Development Forum?(IDF) 2017 pada 9-10 Agustus 2017 di Gama Tower, Jakarta.
Indonesia Development Forum 2017 adalah konferensi internasional tahunan pertama yang digagas untuk merintis forum pertukaran gagasan, pengalaman, dan inisiatif terobosan bagi pemangku kepentingan dalam mengatasi tantangan pembangunan di Indonesia.
IDF 2017 merupakan kerja sama antara Bappenas dengan Pemerintah Australia melalui program Knowledge Sector Initiative (KSI). Dengan mengusung tema Memerangi Ketimpangan untuk Pertumbuhan yang Lebih Baik (Fighting Inequality for Better Growth), Indonesia Development Forum tahun ini merupakan tindak lanjut atas arahan Presiden Joko Widodo dalam Rapat Terbatas di Istana Bogor pada 31 Januari 2017, yang menekankan keterlibatan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya.
"Mengatasi tantangan tersebut, bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tapi juga seluruh elemen masyarakat. Pemerintah tidak bisa menyelesaikan semua persoalan ketimpangan di berbagai daerah dengan satu kebijakan saja," ujar Menteri PPN-Kepala Bappenas, Bambang Sumantri Brodjonegoro di Jakarta, Senin (24/7/2017).
Seleksi 44 karya ilmiah terbaik dari 555 naskah yang diterima melibatkan 17 pakar dari beragam bidang yang berasal dari berbagai kalangan, baik dari kementerian/lembaga, universitas, lembaga penelitian, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lembaga mitra pembangunan. Pengiriman karya ilmiah yang membludak, menunjukkan besarnya partisipasi?untuk mencari jalan keluar terbaik dalam menghadapi kompleksitas persoalan ketimpangan pembangunan di Indonesia.
Penilaian yang dilakukan berhasil menyaring karya tulis terbaik dengan latar belakang yang beragam, meliputi pemerintahan, universitas dalam dan luar negeri, serta lembaga penelitian di berbagai pelosok Indonesia dan negara lain, di antaranya Australia, Jepang, Malaysia, Jerman, Belanda, dan Denmark. Kriteria yang digunakan dalam penilaian meliputi relevansi, metodologi, originalitas, daya terap (applicability), dan faktor penunjang lain.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi
Tag Terkait:
Advertisement