Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dari Papa Novanto Hingga Kapolri Tito Pernah Sewa Jet Pribadi

Dari Papa Novanto Hingga Kapolri Tito Pernah Sewa Jet Pribadi Kredit Foto: CeoJetset
Warta Ekonomi, Jakarta -

Layanan?penyewaan jet pribadi mahfum diketahui cuma bisa dicicipi oleh segelintir orang superkaya dengan isi kantong miliaran rupiah. Maklum, untuk bisa menikmati perjalanan berkelas dengan menggunakan jet pribadi dibutuhkan ongkos ratusan juta rupiah.

Direktur CeoJetset Sony Faisal mengakui profil pelanggan perusahaan penyewa pesawat jet pribadi dan helikopter yang bermarkas di Bandara Halim Perdanakusuma ini adalah tokoh-tokoh nasional yang akrab di telinga. Sebut saja, Ketua DPR Setya Novanto dan Kapolri Tito Karnavian pernah mencicipi mewahnya perjalanan udara menggunakan jet pribadi.

"Kebanyakan pelanggan itu pelaku bisnislah. Politisi, birokrat, pengusaha," katanya kepada?Warta Ekonomi?di Kantor CeoJetset di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, belum lama ini.

Biasanya para orang superkaya tersebut?menggunakan?jet pribadi untuk keperluan bisnis atau perjalanan?dinas. Dengan menggunakan jet pribadi, mereka berharap bisa menghemat waktu karena?lokasi parkir jet?di Bandara Halim Perdanakusuma yang terjangkau?dan jadwal keberangkatan pesawat bersifat fleksibel.

Jika?membayar dengan paket bisnis, mereka cuma perlu duduk manis di rumah menunggu jemputan CeoJetset dengan?mobil mewah seperti Alphard atau Vellfire.?Dalam perjalanan menuju Bandara Halim, sang supir akan mengantarkan dengan menggunakan jalur darat tercepat. Begitu juga saat terbang akan dipilih rute tercepat untuk sampai ke kota lokasi tujuan. Di kota?tujuan, mareka akan diantarkan menggunakan mobil premium mulai dari bandara sampai ke tempat meeting. Istimewanya, perusahaan penyewa jet pribadi juga menyiapkan lokasi meeting.

"Waktu tiga jam bagi mereka itu sangat berharga sekali.?Kita siapkan paket bisnis yang mencakup semua, mulai dari kendaraan di darat, udara, sampat lokasi meeting," ujarnya.

Saat Warta Ekonomi bertanya kenapa Setya Novanto dan Tito Karnavian sampai bisa menjadi pelanggan tetap?CeoJetset, Sony menyampaikan?perseroan memiliki keunggulan dalam menjaga komitmen soal kecepatan dan ketepatan waktu.

Dipastikan, CeoJetset tidak akan menggunakan jarak memutar jauh untuk mengakali lama waktu terbang demi mengejar?biaya sewa yang lebih mahal. Perlu diketahui, perusahaan ini menggunakan durasi perjam untuk biaya sewa. Jadi, semakin lama waktu perjalanan maka semakin mahal biaya sewa.

"Istilahnya mengemplang. Sama seperti naik taksi konvensional. Jika supir taksi pengemplang maka mereka akan menggunakan jarak memutar jauh agar argo bisa lebih mahal. Kita tidak seperti itu," tegasnya.

Sony menyampaikan selain soal efisiensi waktu, faktor harga diri juga menjadi pendorong orang-orang superkaya mau naik pesawat jet pribadi. Apalagi, setelah adanya kebijakan tax amnesty (pengampunan pajak) orang-orang di Indonesia menjadi tidak malu-malu lagi membelanjakan uang dalam jumlah banyak. Mereka juga tidak segan menyampaikan kepada khalayak bahwa dirinya melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat jet pribadi.

"Sekarang orang tidak malu buat gengsi karena?sudah ikut tax amnesty. Kok ada duit segitu? Ada, kan sudah lapor," ucapnya.

Warta Ekonomi bertanya kembali selain Setya Novanto dan Tito Karnavian siapa lagi orang yang biasa?menyewa jet pribadi di CeoJetset. Sony menjawab?nama-nama terkenal yang biasa?menggunakan jasa mereka seperti?Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan Dirjen Pajak??Ken Dwijugiasteadi. Sony menambahkan pihaknya juga dipercaya?Menhan Ryamizard untuk enam kali mengangkut tawanan Abu Sayyaf dari Filipina.

"Sudah mulai banyak (orang yang?sewa jet pribadi). Kalau Pak Setnov yang tadinya menyewa, pas nanya berapa sih harga pesawat jet pribadi? Oh segitu doang,?langsung beli. Dia punya tiga sekarang. Jokowi saja beli, kenapa harus takut?" pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: