Warta Ekonomi, Makassar -
Kepala Polda Sulsel, Irjen Muktiono, menyatakan penggunaan alat peledak di kalangan nelayan dalam aktivitas pencarian ikan perlu menjadi perhatian untuk ditindaki. Dikhawatirkan bila bom ikan tersebut malah dimanfaatkan untuk aksi terorisme yang akan mengganggu stabilitas keamanan.
Muktiono menyatakan dampak penggunaan bom ikan cukup mematikan. Bahan peledak khusus tersebut diketahui bisa merusak bahkan mematikan biota laut. Perakitannya pun terbilang mudah. "Kalau dipakai untuk kegiatan terorisme kan lebih berbahaya," kata Kapolda Sulsel, belum lama ini.
Bom ikan disebut Muktiono banyak digunakan oleh kalangan nelayan yang tidak berpikir jauh ke depan. Mereka cenderung menggunakan bahan peledak demi mendapatkan hasil tangkapan yang banyak. Terlebih, perakitan dan penggunaan bom ikan terbilang mudah dan cukup lumrah di kalangan nelayan. Padahal, dampaknya sangat buruk bagi biota laut.
Menurut Muktiono, untuk mengatasi teror bom ikan, termasuk kemungkinan penggunaannya pada aksi terorisme, pihaknya akan memperketat sistem pengamanan. Dijanjikannya untuk mengungkap tuntas jaringan pengguna dan pemasok bom ikan. Polda Sulsel akan berkoordinasi dengan Bareskrim mengingat pengiriman bahan baku bom ikan kemungkinan melibatkan daerah bahkan negera lain.
Kapolda Sulsel melanjutkan pihaknya juga menggandeng pemerintah daerah untuk aktif mensosialisasikan bahaya penggunaan bom ikan. "Kami akan galakkan sosialisasi ke masyarakat tentang bahaya alat peledak beserta ancaman hukumannya. Masyarakat mesti paham dan peduli untuk ikut berkontribusi menjaga stabilitas keamanan daerahnya," tutur Muktiono.
Polda Sulsel sendiri diketahui berhasil membongkar jaringan kelompok terduga pemasok bahan peledak ikan lintas daerah. Bahan peledak yang disita berupa amonium nitrat yang dikemas dalam 121 sak dan sejumlah karung. Kepolisian juga mengamankan 1.299 butir detonator sebagai alat picu ledak. Total barang bukti yang disita mencapai tiga ton.
Dari pengungkapan kasus tersebut, Polda Sulsel mengamankan 15 pelaku di empat lokasi berbeda. Tiga lokasi penangkapan berada di Kabupaten Pangkep dan satu lokasi lainnya di Kabupaten Bone. Peran mereka beragam, mulai dari pengguna hingga penjual bahan peledak. Para pelaku rata-rata merupakan nelayan yang tidak berpikir panjang demi mendapatkan banyak hasil tangkapan.
Bahan peledak yang disita dari para pelaku diketahui berasal dari Malaysia. Bahan berbahaya itu dibawa ke Sulawesi melalui jalur laut. Caranya dengan menyelundupkannya pada kapal kecil berkapasitas 7 GT. Perjalanan membawa bahan baku peledak ikan tersebut membutuhkan waktu selama 16 hari. Di Malaysia, pelaku membelinya seharga Rp500 ribu dan dijual di Sulsel berkisar Rp2,5-3 juta.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement