Iti Octavia yang menjabat sebagai Bupati Lebak mengharapkan agar para petani diberikan kemudahan memperoleh penguatan modal, guna membantu peningkatan usaha pertanian di daerah tersebut.
"Kami berharap petani dapat mengakses penguatan modal dari program kredit usaha rakyat (KUR)," ujar Iti Octavia di Lebak, Banten, Minggu (30/7/2017).
Selama ini, petani Kabupaten Lebak dinilai belum optimal mengelola pertanian padi, palawija, dan hortikultura akibat keterbatasan permodalan. Mereka kesulitan mengakses permodalan melalui perbankan maupun lembaga keuangan lainnya.
Selain itu, juga persyaratan untuk mengakses permodalan sangat berbelit-belit sehingga petani kebingungan untuk menerima pinjaman kredit tersebut. Sebagian besar petani Lebak adalah petani penggarap sehingga kesulitan jika dipersyaratkan jaminan barang berharga.
Akibat keterbatasan modal dipastikan petani Kabupaten Lebak tidak berkembang mengelola pertanian tersebut. Padahal, lahan pertanian di daerah itu cukup mendukung sebagai penyumbang terbesar swasembada pangan nasional juga peningkatan ekonomi petani. Lahan baku persawahan begitu luas hingga 47.000 hektare juga lahan milik BUMN, seperti Perum Perhutani, PTPN VIII dan lahan milik masyarakat.
"Kami yakin jika petani itu memiliki modal tentu lahan pertanian menjadikan sumber penghasilan ekonomi juga memenuhi ketersedian pangan," ujarnya.
Menurutnya, selama ini usaha pertanian hanya mengandalkan melalui program yang digulirkan Kementerian Pertanian, seperti program upaya khusus padi, jagung dan kedelai (pajale). Program itu menyalurkan bantuan benih pajale bersertifikat unggul, penyaluran pupuk organik dan non-organik serta pestisida.
Saat ini, petani Kabupaten Lebak berhasil mengelola pertanian padi sawah dengan menjadikan masuk daerah lumbung pangan di Provinsi Banten. Disamping itu, juga pertanian jagung dengan panen perdana di Desa Bulakan Kecamatan Gunungkencana seluas 700 hektare. Karena itu, pihaknya mendesak perbankan menyalurkan penguatan modal KUR sehingga bisa membantu usaha pertanian yang pada akhirnya dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi petani.
Selain itu, juga meningkatkan produksi dan produktivitas pangan sehingga bisa memenuhi untuk kebutuhan nasional. Apalagi, Kabupaten Lebak dijadikan daerah distribusi pertanian yang bisa memasok kebutuhan masyarakat DKI Jakarta.
"Kami berharap pemerintah DKI Jakarta juga menyalurkan bantuan baik program maupun pinjaman permodalan bagi petani Lebak," ujarnya.
Sementara itu, sejumlah petani di Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak mengatakan bahwa mereka hingga kini tidak menggarap pertanian sayur-sayuran atau hortikultura akibat tidak memiliki modal. Sebab, permodalan pertanian sayur-sayuran, seperti kacang panjang, ketimun, cabai, paria cukup besar hingga mencapai Rp30-35 juta per hektare.
Maka dari itu, kebanyakan petani di sini mengelola pertanian padi sawah karena biaya produksi relatif terjangkau.
"Kami hanya mengeluarkan biaya produksi pertanian padi sekitar Rp5 juta per hektare dengan keuntungan mencapai Rp25 juta per hektare," ujar Ruhyana (55) seorang petani Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak. (HYS/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait:
Advertisement