Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Potret Kemeriahan Malam 1 Suro di Pura Mangkunageran Solo

Potret Kemeriahan Malam 1 Suro di Pura Mangkunageran Solo Kredit Foto: Muhamad Ihsan
Warta Ekonomi, Solo -

Ribuan orang masyarakat dari berbagai daerah mengikuti upacara ritual kirab pusaka Pura Mangkunageran Surakarta, Jateng dalam rangka menyambut malam 1 Sura (kalender Jawa) atau 1 Muharam 1439 Hijriyah di Solo, Rabu malam.

Pada acara kirab diawali dengan rombongan keluarga besar Pura Mangkunegaran, dan kemudian diikuti lima pusaka jenis tombak termasuk joli atau sebuah kotak rumah kecil dengan "cucuk lampah" atau penunjuk jalan yang dipimpin oleh GPH Bhre Cakrahutama Wirasudjiwo, putra Sri Paduka Mangkunagoro IX.

Kirab pusaka juga diikuti keluarga dan kerabat Pura Mangkunegaran, rombongan dari njawi kitha atau pedesaan yang sudah akrab dengan keluarga Pura Mangkunegaran, dan prajurit Jayamisesa yang mengiringi pusaka-pusaka Pura Mangkunegaran.

Menurut Sekretariat Panitia peringatan Malam 1 Sura 2017, Joko Pramudyo, kirab malam 1 Sura tahun ini, ada yang berbeda yakni dengan dikeluarkan dua bendera Pare Anom, dan Bangun Tolak sebagai simbol kebesaran Pura Mangkunegaran.?Bahkan, peserta selama kirab tidak boleh memakai sandal slop atau tanpa alas kaki, dan tidak boleh berbicara satu sama yang lainnya.?

Pada acara kirab juga dihadiri sejumlah tamu undangan antara lain Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Ketua Mahkamah Konstitusi Arief Hidayat, dan anggota DPR RI Aria Bimo.?Menurut dia, kirab pusaka dengan mengelilingi Pura Mangkunegaran, setelah itu, kembali masuk dan acara dilanjutkan melempar uang atau membagikan rejeki oleh keluarga Pura Mangkenegaran kepada masyarakat.

Menurut Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, kegiatan kirab pusaka bagian dari budaya yang apapun harus dilestarikan, dan hal ini bisa mengundang wisatawan dari mancanegara.

"Pemerintah sangat mendukung kegiatan ini, karena salah satu tujuan untuk mendapatkan devisa dari pariwisata seluruhnya kompleks seperti perhotelan, kuliner, dan kerajinan. Solo dan Yoyakarta boleh modern, tetapi jangan meninggalkan adat-istiadat tradisi budaya. Hal ini harus diuri-uri," katanya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: