Usia 93 Tahun, Presiden Zimbabwe Marah Dengar Desakan Pensiun
Presiden Zimbabwe Robert Mugabe menuduh pejabat yang tidak disebutkan namanya dari partainya sendiri mencoba mendorongnya untuk pensiun.
Mugabe yang berusia 93 tahun merupakan salah satu pemimpin tertua di dunia. Ia telah berkuasa sejak Zimbabwe, yang pada waktu itu bernama Rhodesia, memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1980. Dia bermaksud untuk mendapatkan masa jabatan lima tahun lagi pada pemilihan umum tahun depan.
Di depan umum, partainya, ZANU-PF, tampak mendukung pemimpinnya yang sudah tua. Tapi secara pribadi anggotanya sangat terpecah karena kepemimpinannya yang terus berlanjut dan siapa yang pada akhirnya akan mengambil alih kepemimpinan darinya.
Mugabe, yang berulang kali mengatakan bahwa partainya akan memilih penggantinya ketika saatnya tiba, mengatakan bahwa dia tidak akan pergi ke mana-mana dan menuduh beberapa pejabat partai mendukungnya sambil merencanakan perlawanan di belakangnya.
"Mereka ingin menyebabkan perubahan kepemimpinan ... agar saya turun dari jabatan presiden. Saya tidak mengambil alih kekuasaan. Saya dipilih oleh rakyat, itu takhta rakyat, jadi saya tidak mau memilikinya," ujarnya memperoleh sorak sorai dari beberapa anggota partai.
ZANU-PF terpecah jadi dua faksi. Salah satu faksi mendukung Wakil Presiden Emmerson Mnangagwa untuk segera menggantikan Mugabe. Sedangkan yang lainnya mendukung istri Mugabe, Grace, dan juga menginginkan penguasa tertua itu menjadi presiden seumur hidup.
"Jika saatnya tiba, saya akan berterima kasih kepada keluarga Zimbabwe saya dan saya akan turun sehingga Anda bisa memilih penggantinya, tapi untuk saat ini sayalah yang bertanggung jawab," ujar Mugabe.
Negara Afrika selatan itu dicekam oleh kekurangan devisa yang memaksa beberapa pelaku bisnis membeli dolar Amerika Serikat di pasar gelap, yang merupakan sebuah situasi yang disalahkan atas lonjakan harga dan kekurangan beberapa barang pokok baru-baru ini.
Namun Mugabe, tanpa memberikan bukti, menuduh beberapa orang memanipulasi mata uang tersebut untuk memicu inflasi dan menyebabkan panic buying?atau kepanikan akan pembelian akibat keterbatasan jumlah barang tertentu. (CP/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement