Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

PBB: Kekerasan Rohingya Adalah 'Mimpi Buruk' Kemanusiaan

PBB: Kekerasan Rohingya Adalah 'Mimpi Buruk' Kemanusiaan Kredit Foto: Reuters/Danish Siddiqui
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sekjen PBB Antonio Guterres mendesak para pemimpin Myanmar untuk mengakhiri sebuah "mimpi buruk" yang dihadapi oleh pengungsi Rohingya yang telah melarikan diri dari sebuah kampanye militer, setelah setidaknya 19 orang tenggelam dengan sejumlah korban tewas yang ditakuti ketika sebuah kapal yang membawa keluarga Rohingya meninggalkan Bangladesh.

Lebih dari setengah juta Muslim Rohingya telah bereksodus ke Bangladesh pada bulan lalu, melarikan diri dari tindakan militer Myanmar yang keji terhadap pemberontak Rohingya yang telah memusnahkan desa-desa di negara bagian Rakhine bagian utara.

Beberapa dari telah tenggelam saat mencoba melintasi perairan yang memisahkan kedua negara, sementara mereka yang bertahan akan menghadapi bahaya baru saat mereka memasuki pemukiman pengungsi kumuh dimana persediaan makanan dan air bersih tidak mencukupi.

Krisis kemanusiaan yang terus membumbung tinggi mendorong Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan pertemuan pertamanya di Myanmar dalam delapan tahun, meskipun negara-negara anggota tersebut gagal mencapai resolusi bersama.

AS mengecam militer Myanmar karena mencoba "membersihkan negara dari sebuah minoritas etnis", sementara Beijing dan Moskow menawarkan dukungan kepada pemerintah Myanmar yang telah dengan keras menolak tuduhan bahwa pembersihan etnis sedang berlangsung.

Berbicara kepada dewan dari 15 anggota tersebut, Guterres mendesak Myanmar untuk menghentikan operasi militer dan membuka akses kemanusiaan ke wilayah barat yang dilanda konflik.

"Situasinya telah berkembang menjadi sebuah darurat pengungsi yang berkembang tercepat di dunia, mimpi buruk kemanusiaan dan hak asasi manusia," ujarnya sambil menyerukan agar mereka yang mengungsi dari konflik diizinkan pulang ke rumah, sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (29/9/2017).

Kepala PBB mencatat bahwa "kekerasan sistemik" dapat menyebabkan kerusuhan menumpahkan ke selatan ke bagian tengah negara bagian Rakhine di Myanmar, yang mengancam 250.000 Muslim akan sebuah aksi pemindahan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: