Indonesia Shari?a Economic Festival (ISEF) 2017 resmi dibuka oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) di Surabaya, Kamis (9/11/2017). Selain Kalla, hadir pula Gubernur BI Agus Martowardojo, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah, dalam peresmian pembukaan ISEF 2017.
Dalam sambutannya, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menekankan pentingnya memulai usaha yang sebaik-baiknya, mengingat sebagian besar sumber rezeki adalah perdagangan. Untuk itu, kegiatan pesantren-pesantren di bidang ekonomi, termasuk mengajarkan santrinya untuk berdagang, sangat penting.
Berbagai usaha, baik di bidang pertanian maupun bidang lainnya, halal selama tidak melanggar ajaran agama. Tentunya, agar sistem keuangan syariah berjalan lancar, seluruh pihak harus melaksanakan peran masing-masing secara jujur.
"Ekonomi syariah sebenarnya tidak terlalu sulit karena itu bagian dari muamalah. Karena selama tidak haram, dia halal. Jadi tidak serumit apa yang kita jalankan sebenarnya. Yang agak rumit ya sistem keuangan syariah agar mengendalikan riba," tuturnya.
Menurutnya, kegiatan atau berdagang halal sangat sederhana. Selama yang dijual bukan barang haram, tidak melakukan perjudian, tidak berspekulasi, tidak menjalanan riba dan hal-hal lainnya, semua itu pasti halal dan semua yang halal itu syar'i.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo menyampaikan bahwa industri halal merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di dunia. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia merupakan salah satu pasar terbesar bagi industri halal. Meskipun demikian, porsi besar pemenuhan kebutuhan tersebut, antara lain makanan halal, kosmetik serta fesyen halal, datang dari impor.
"Agar Indonesia dapat swasembada produk-produk halal, pengembangan skema komersil dan sosial dari keuangan syariah dalam negeri perlu dioptimalkan. Dalam hal ini, optimalisasi ekonomi syariah dapat turut membantu ekonomi dan mengurangi tekanan pada neraca transaksi berjalan Indonesia," pungkasnya.
Dengan besarnya potensi Indonesia dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, kolaborasi dan koordinasi merupakan hal yang integral. Terkait integrasi tersebut, kegiatan ISEF 2017 menjadi ajang kolaborasi BI dengan KNKS serta dengan instansi terkait lainnya, seperti Badan Wakaf Indonesia, Badan Amil Zakat Nasional, Ikatan Ahli Ekonomi Islam, International Islamic Financial Market, Islamic Research and Training Institute-International Development Bank, dan Kuwait Awqaf Foundation.
Kegiatan ini juga melibatkan 26 pondok pesantren di Indonesia sebagai lembaga yang selama ini telah terbukti mampu menjangkau masyarakat secara luas. "Dengan sinergi antara seluruh pihak serta dukungan penuh dari otoritas terkait, ekonomi dan keuangan syariah diharapkan dapat semakin maju dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang mencapai seluruh lapisan masyarakat," ucap Agus.
Sekadar informasi, ISEF merupakan salah satu kegiatan ekonomi dan keuangan syariah terbesar di Indonesia yang mengintegrasikan pengembangan sektor keuangan dengan perekonomian sektor riil. Dilaksanakan untuk keempat kalinya, kegiatan ISEF 2017 bertepatan pula dengan momentum ulang tahun Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang pertama.
ISEF 2017 pun mengangkat tiga pilar pengembangan ekonomi syariah di Indonesia yang telah ditetapkan Presiden RI, yaitu pemberdayaan ekonomi syariah, peningkatan efisiensi keuangan syariah untuk mendukung pengembangan usaha syariah, dan penguatan riset dan edukasi, termasuk sosialisasi dan komunikasi.
Untuk berkontribusi dalam pengembangan ketiga pilar ekonomi syariah, kegiatan ISEF 2017 terdiri atas Forum Syariah dan Fair Syariah. Dengan pembicara terkemuka dalam bidang keuangan syariah, baik nasional maupun internasional, forum membahas mengenai berbagai riset dan best practise terkini dalam keuangan syariah.
Sementara Fair Syariah mengangkat pengembangan kewirausahaan dan UMKM berbasis syariah, dengan fokus pada empat sektor utama, yaitu pertanian terintegrasi, kuliner dan pakaian halal, energi terbarukan, dan wisata halal.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait:
Advertisement