Mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur layak mendapatkan kehormatan disebut sebagai Bapak Keadilan Sosial karena dinilai sukses membangun pertumbuhan perekenomian Indonesia.
Direktur Lingkar Survey Perjuangan Gede Sandra menyebutkan pemerintahan Gus Dur meski sangat singkat, yakni 21 bulan, tapi mampu sukses membangun pertumbuhan prekonomian Indonesia dengan lima tangga kemajuan, yaitu adanya pertumbuhan ekonomi, piutang berkurang, distribusi pendapatan, gini ratio rendah, kohesi sosial semakin kuat.
"Kurang dari dua tahun Gus Dur bisa membawa gini ratio Indonesia terendah sepanjang 50 tahun terakhir, terjadi di akhir era Gus Dur, yaitu sebesar 0,31. Gus Dur yang mampu memberikan contoh implementasi dari sila kelima, maka beliau layak disebut Bapak Keadilan Sosial," kata Gede Sandra dalam diskusi publik bertajuk "Belajar dari Model Ekonomi Gus Dur" yang digelar di elemen West Nusa Tenggara Development Center (WNTDC), Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), PKC PMII NTB dan M 16, di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu.
Dikatakan Gede Sandra, Gus Dur menerima warisan prekonomian dari Presiden sebelumnya Habibie dalam kondisi "growth" masih minus 3 persen pada September 1999. Namun ketika diukur lagi di akhir tahun 1999 atau tiga bulan sejak tim ekonomi Gus Dur bekerja, pertumbuhan ekonomi sudah di level 0,7 persen atau melompat 3,7 persen.
Sementara dalam kurun waktu setahun berikutnya di tahun 2000 prekonomian Indonesia kembali berhasil tumbuh ke level 4,9 persen atau melompat 4,2 persen. Sedang di tahun 2001, meskipun Gus Dur dimakzulkan di pertengahan tahun akibat krisis politik tersebut, rata-rata "growth" di akhir tahun masih level 3,6 persen.
Selain itu yang istimewa, kata Gede Sandra, ialah dua kali lompatan "growth" tersebut dilakukan tim ekonomi Gus Dur dengan sambil mengurangi beban utang.
"Sebuah kondisi yang pasti sulit dilakukan tim ekonomi kabinet-kabinet setelah atau sebelum Gus Dur," ucapnya.
Disebutkan Gede Sandra, salah satu rahasia keberhasilan tim ekonomi Gus Dur sehingga mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat, yakni menolak resep IMF Bank Dunia yang menganjurkan dilakukannya pengetatan anggaran. Sebaliknya, yang ditawarkan oleh tim ekonomi Gus Dur adalah "growth story" atau strategi pertumbuhan.
Selanjutnya, tim ekonomi Gus Dur piawai dalam melakukan optimum "debt managament" dan mampu menjaga harga beras stabil di level rendah sehingga mengakibatkan daya beli masyarakat bawah perkotaan terus terjaga.
"Kesejahteraan petani di pedesaan juga terjaga karena Bulog melakukan pembelian gabah, bukan membeli beras. Inilah alasan mengapa ketimpangan pendapatan paling rendah di era ini," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Wahid Institute, Yenni Wahid, menilai keberhasilan Gus Dur dilihat dari data yang tidak bisa dipungkiri. Semua berkat kerja sama tim ekonomi di bawah Rizal Ramli. Namun demikian, tanpa adanya "political will" dari pimpinan saat itu tidak akan bisa tim ekonomi bekerja.
"Data ini bisa dipertanggungjawabkan," ungkap Yenni.
Semua keberhasilan ekonomi Gus Dur memang kembali ke semangat Gus Dur dengan landasan filosofisnya bahwa pertumbuhan harus berjalan dengan pemerataan ekonomi. Atau, adanya "growth" yang berkualitas.
"itu menjadi landasan dasar pembangunan ekonomi Gus Dur. Tanpa pemerataan akan tercipta kesenjangan sosial tinggi yang berakibat pada adanya konflik sosial," kata Yeni Wahid. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Gito Adiputro Wiratno
Tag Terkait:
Advertisement