Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Lima Kesalahan Mengatur Keuangan yang Sering Dilakukan Milenial

Ini Lima Kesalahan Mengatur Keuangan yang Sering Dilakukan Milenial Rupiah | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kaum milenial atau yang lahir di era 1980 hingga 1998-an dianggap menemukan kesusahan dalam mengelola keuangan. Hal ini juga dibuktikan dalam riset yang dilakukan George Washington Global Financial Literacy Excellence Center terhadap 5.500 milenial dimana bahwa hanya 24 persen yang mengerti prinsip dasar keuangan. Berikut lima kesalahan dalam mengatur keuangan.

Pertama, pengeluaran berlebihan untuk biaya sewa tempat tinggal. Adanya alasan efisiensi dan kenyamanan, membuat banyak milenial memilih tinggal sendiri dekat area kantornya. Tapi, menurut studi yang diterbitkan Personality and Social Psychology Bulletin, kita cenderung melebih-lebihkan kebahagiaan yang kita dapat dari hal material. Jadi, mengeluarkan lebih dari 30% pendapatan untuk menyewa tempat tinggal adalah suatu kesalahan yang seharusnya bisa dihindari.

Menurut Alexa Von Tobel, uang sewa tempat tinggal, belanja kebutuhan sehari-hari, bayar tagihan listrik, air, dan transportasi harus masuk dalam 50% dari pendapatan. Jadi, kalau kita tetap kekeuh memasukkan uang sewa apartemen atau indekos sebesar, misalnya 40% dari pendapatan, maka cari pos pengeluaran lain sejumlah 10% pendapatan yang harus dihilangkan, seperti gym membership atau tv kabel.?

Kedua, tidak punya dana darurat. Dana darurat merupakan dana yang kita siapkan sebagai cadangan bila ada keperluan mendadak. Seperti jatuh sakit, membantu orang tua atau perusahaan tempat bekerja tutup beroperasi. Idealnya, dana darurat merupakan 3-6 bulan biaya hidup yang dibutuhkan. Biaya hidup dihitung dari rata-rata uang yang dibutuhkan untuk keperluan makan, transportasi, belanja kebutuhan pokok, biaya sewa tempat tinggal, bayar utang, atau tagihan rutin. Kita bisa mencicil dana darurat tiap bulan melalui 20% dari pendapatan kita. Misal, kita masukkan dalam pos asuransi.??

Ketiga, utang kartu kredit yang berlebihan. Hampir semua orang pada dasarnya memiliki utang. Tetapi, utang kartu kredit adalah yang paling beracun karena tingginya bunga yang diberikan. Selain itu, kalau kita sering over limit atau tidak tepat waktu membayar kartu kredit maka ini menjadi catatan yang kurang baik di masa depan bila ingin mengajukan kredit lain. Rencana KPR kita bisa tidak disetujui dan permohonan pinjam modal wirausaha mungkin gagal.?

Keempat, berada dalam hubungan cinta yang menguras keuangan. Biaya gaya hidup tidak cuma dihabiskan sendirian. Saat menjalin hubungan cinta, kita juga mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi, bila pasangan tidak memiliki pendapatan sebesar kita. Namun, kita harus waspada kalau ternyata setelah bersama sekian lama, tidak ada perkembangan signifikan dari pendapatannya. Kita terus yang mengeluarkan uang demi kepentingan bersama.

Kelima, tidak menabung untuk masa pensiun. Kita mungkin berpikir masa pensiun masih dua puluhan tahun lagi, jadi buat apa menyisihkan uang dari sekarang. Itu sebuah kesalahan besar. Justru kita harus mulai menyisihkan uang saat usia 25 tahun sehingga saat berumur 60 tahun kita sudah memiliki uang pensiun dua kali lipat lebih banyak dari mereka yang baru mulai menyisihkan uang pensiun di usia 35 tahun.

Melihat hal ini, Head of Digital Banking Bank DBS Indonesia?Leonardo Koesmanto mengatakan bahwa kesalahan para minenial dalam pengelolaan keuangan dapat dimaklumi karena hal ini bukan sesuatu yang mudah bagi mereka karena laporan lengkap transaksi rekening harus diakses melalui desktop atau cetak buku tabungan.?

"Bagi para milenial yang biasa melakukan segala sesuatu melalui ponsel, hal ini menjadi sangat menganggu. Tapi, semua itu bisa diatasi dengan hadirnya cara baru beraktivitas perbankan berbasis digital seperti spending tracker berbasis virtual assistant dengan artificial intelligence?bisa menjadi pilihan terbaik bagi para milenial dalam melakukan kegiatan perbankan," tambah Leo.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Dina Kusumaningrum
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Advertisement

Bagikan Artikel: