Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

2018, BI Proyeksikan Defisit Transaksi Berjalan Bakal Meningkat

2018, BI Proyeksikan Defisit Transaksi Berjalan Bakal Meningkat Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur BI | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Neraca transaksi berjalan pada lima tahun ke depan diperkirakan masih defisit dengan kisaran dua persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), namun jika reformasi struktural seperti diversifikasi ekspor dan pengembangan sektor jasa dilakukan, Indonesia bisa berbalik memperoleh surplus, kata Bank Indonesia.

Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Kamis merinci proyeksi Bank Sentral bahwa defisit transaksi berjalan di 2018 akan meningkat sebesar 2-2,5 persen dari PDB.?Defisit itu meningkat dibandingkan tahun ini yang diperkirakan BI di bawah dua persen PDB. Per kuartal III 2017, defisit transaksi berjalan sebesar 1,65 persen PDB.

"Akan naik di atas dua persen di 2018-2019, setelah itu pada 2022 akan di bawah 2 persen dari PDB," kata Agus.

Meskipun dalam beberapa tahun ke depan, defisit transaksi berjalan Indonesia meningkat, Agus mengatakan, besaran defisit saat ini jauh lebih sehat dibandingkan pada 2013 dan 2014 ketika Indonesia menderita defisit transaksi berjalan di kisaran 4,2 persen PDB.

Defisit transaksi berjalan pada tahun depan juga diperkirakan karena potensi meningkatnya impor menyusul perbaikan ekonomi dalam negeri yang akan mendorong ekspansi dunia usaha.?Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menambahkan Indonesia berpeluang membalikkan transaksi berjalan dari defisit menjadi surplus asalkan reformasi struktural perekonomian terus berjalan.

Misalnya, Indonesia dapat mengkombinasikan keunggulan ekspor harga komoditas ekspor yang naik dengan ekspor produk lain. Kemudian, memperbaiki eskpor jasa dengan meningkatkan kunjungan wisatawan Indonesia ke luar negeri mengingat.

Selain itu, kata Mirza, Indonesia perlu membenahi transaksi jasa yang langganan defisit. Defisit transaksi jasa disebabkan pembayaran reasuransi ke luar negeri dan jasa transportasi kapal ke perusahaan luar negeri.?Dia juga mengatakan Indonesia juga perlu memperkuat investasi asing yang berorientasi ekspor agar bisa menghasilkan devisa dan menahan investasi asing agar bisa menanamkan kembali kentungannya ke dalam negeri.

"Aliran modal harus terus kita pertahankan masuk, sehingga Neraca Pembayaran Indonesia bisa surplus agar kita bisa pertahankan stabilitas ekonomi," kata Mirza

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: