Sawit saat ini menjadi andalan komoditas Indonesia untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati dunia. Tidak heran jika petani kecil hingga perusahaan besar berlomba-lomba menanam sawit. Namun untuk mengangkut hasil panen tandan buah segar (TBS) dari perkebunan bukan perkara mudah.
Untuk mengangkut TBS petani kecil ataupun perusahaan dengan para pekerjanya kebanyakan menggunakan angkong, jenis alat angkut beroda satu yang penggunaanya ditarik atau didorong. Beberapa petani di daerah pedalaman ada yang menggunakan sepeda motor butut yang rodanya dilengkapi dengan rantai untuk memudahkan bergerak di tanah becek.
Medan yang sulit itu rupanya telah menginspirasi PT Astra International Tbk untuk membuat alat angkut yang dinamakan Wintor (Winteq Motor). Alat ini dibuat untuk memenuhi permintaan PT Astra Agro Lestari Tbk, anak usaha Astra lainnya yang bergerak di sektor perkebunan yang sedang mencari alat angkut yang efisien. Yang kemudian pembuatannya dilakukan oleh PT Astra Otoparts Tbk Divisi Winteq, anak usaha Astra yang bergerak di bidang otomotif menyediakan komponen kendaraan.
PT Astra Otoparts Divisi Winteq mulai meneliti bentuk kendaraan yang cocok untuk menjelajahi medan bertanah lembek, berbatu dan naik turun sejak tahun 2009. Hasilnya adalah Wintor Generasi I yang diluncurkan pada tahun 2011. Alat tersebut terus dikembangkan hingga tahun 2012 diproduksi Wintor Generasi II, dan Wintor Generasi III di tahun 2013. Beberapa bagian yang diperbaiki seperti breakdown dan sebagainya.
Wintor sendiri berbentuk seperti mobil beroda empat yang dilengkapi dengan mesin diesel berkekuatan 10 tenaga kuda (HP). Beratnya sekitar 500 kilogram dengan volume daya angkut kurang lebih sama. Namun yang unik dari kendaraan ini adalah roda bagian belakang yang dapat diganti dengan roda segitiga (three angle crawler). Jenis roda ini digunakan saat kendaraan menjelajahi medan yang licin dan miring.
Chief Operation Officer PT Astra Otoparts Divisi Winteq, Reiza Treistanto mengungkapkan, kendaraan tersebut telah diuji coba di beberapa lokasi perkebunan milik AAL. Hasilnya kendaraan berhasil menghemat ongkos pengangkutan hasil panen hingga 40%. Sebagai contoh, biaya pengangkutan yang awalnya Rp100 perkilo TBS menjadi Rp40-60 perkilo TBS.
Melihat keberhasilan kendaraan tersebut, Astra Otoparts Divisi Winteq kemudian mendirikan PT Velasto Indonesia pada tahun 2016 untuk memproduksi Wintor secara massal. Sambutan positif pun datang dari beberapa perusahaan perkebunan lain baik secara korporasi atau individu. Tercatat hingga saat ini sudah lebih dari 1.000 unit Wintor digunakan di seluruh perkebunan di Indonesia. Selain AAL, setidaknya sudah ada 46 perusahaan lain perkebunan yang menggunakan Wintor.
Soal hasil komoditas sawit sendiri, Indonesia saat ini bisa dibilang sebagai raja sawit dunia, dengan luas lahan sawit diperkirakan mencapai 11,67 juta dan produksi mencapai 35 juta ton per tahun. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat, mengingat kebutuhan akan minyak nabati dunia yang semakin tinggi.
Melihat fakta itu tentu menjadi peluang bagi Wintor untuk memperbesar pasar. Dengan jumlah produksi Wintor yang masih berkisar ribuan per tahun juga masih belum memenuhi skala ekonomi sebagai sebuah industri otomotif. Chief Executive Officer (CEO) PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto juga berharap Wintor bisa diproduksi secara massal guna mencapai skala ekonominya.
Selain membidik pasar sektor perkebunan, Astra juga mencoba menangkap peluang dari gagasan Presiden Joko Widodo yang menyiapkan kendaraan khusus angkutan pedesaan. Saat ini PT Velasto Indonesia sedang menyiapkan Wintor versi angkutan pedesaan dengan berbagai varian, misal Wintor untuk pengangkutan pupuk, pengangkutan pompa irigasi di persawahan, dan pengangkutan potongan kayu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement