Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemerintah Impor Beras, DPR: Urgensinya di Mana?

Pemerintah Impor Beras, DPR: Urgensinya di Mana? Kredit Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Anggota DPR RI Sukamta menanggapi rencana pemerintah untuk impor 500 ribu ton beras dari Vietnam dan Thailad. Ia mengatakan Pemerintah harus mengkaji betul sebelum memuat kebijakan.

"Apa urgensinya kita harus impor beras? Padahal diperkirakan Februari 2018 ini para petani kita akan panen raya. Kenapa tiba-tiba pemerintah mau impor beras? Kajian dan datanya seperti apa? Pada siapakah pemerintah memihak? Pada petani dan rakyatkah atau kepada importir?," Tanya Sukamta dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, (Rabu (17/1/2018).

Lanjutnya, ia mengatakan persediaan beras di beberapa daerah surplus. Ia mencontohkan di daerah pemilihannya, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Berdasarkan informasi dari Kepala Dinas Pertanian DIY, Sasongko, bahwa di Yogyakarta sendiri setiap tahun rata-rata surplus beras sekitar 200-250 ribu ton. Sementara produksi beras di DIY per tahun 920 ribu ton. 

Sukamta menekankan jika memang ada daerah-daerah yang nantinya kekurangan stok beras, setidaknya stok beras yang surplus di beberapa daerah bisa dialokasikan ke sana. "Jadi saling melengkapi. Jangan ujug-ujug mau impor beras. Kasihan juga para petani kita kalau beras hasil panennya nanti harganya anjlok karena masuknya beras impor." katanya.

Di sinilah pemerintah harus serius membenahi tata kelola niaga beras, supaya yang mendapatkan manfaat besar itu para petani dan rakyat kita. 

“Saya dukung masyarakat DIY untuk surplus beras sehingga tidak perlu beras impor. Semoga daerah lain juga tidak kekurangan stok beras, lebih bagus lagi jika surplus, jadi bisa membantu memenuhi stok beras di daerah yang kekurangan,” harap wakil rakyat dari Dapil DIY ini.  

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Vicky Fadil
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: