Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Begini Kata CEO XL tentang Disrupsi Digital

Begini Kata CEO XL tentang Disrupsi Digital Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dunia saat ini sedang menghadapi fenomena disruption (disrupsi), situasi dimana pergerakan dunia industri atau persaingan kerja tidak lagi linear. Perubahannya sangat cepat, fundamental dengan mengacak-acak pola tatanan lama untuk menciptakan tatanan baru.

Disrupsi menginisiasi lahirnya model bisnis baru dengan strategi lebih inovatif dan disruptif. Disrupsi digitalisasilah yang paling kuat. Cakupan perubahannya luas mulai dari dunia bisnis, perbankan, transportasi, sosial masyarakat, pendidikan, apalagi telekomunikasi.

Chief Executive Officer (CEO) PT XL Axiata Tbk (EXCL) Dian Siswarini menyatakan apabila disadari, industri telekomunikasi sudah terlebih dahulu terdisrupsi. Hal tersebut terpampang nyata dengan menurunnya penggunaan layanan voice dan sms. Malah, penggunaan layanan data meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir.

"Telco sebenarnya sudah didisrup duluan. Dengan apa? Kita sudah kehilangan voice dan sms," ujarnya ketika ditemui Warta Ekonomi.

Selain itu, menurut Dian, hubungan perusahaan dengan customer pun sudah semakin berkurang. Hal itu karena sekarang identitas pelanggan sudah ada ditangan pemilik aplikasi. Hubungan perusahaan telekomunikasi dengan pelanggan hanya yang berkaitan dengan pembayaran.

"Costumer identity sekarang lebih banyak dipegang oleh apps. Sekarang gini, Anda kalau berhubungan WhatsApp kan gak inget nomornya. Itu artinya, kita sudah didisrup duluan sama OTT," ungkapnya.

Sekarang ini, kata Dian, pertanyaannya apakah dunia telekomunikasi akan terus didisrupsi atau keep our share?

Dirinya lebih memilih untuk Keep Our Share dengan tetap menjaga kepemilikan di pelanggan. Pasalnya, mesti bagaimana pun, layanan Over The Top (OTT) penting bagi perusahaan.

"Sekarang customer kan hubungannya masih tetap sama walaupun pakai Facebook,tapi bayarnya ke kita. Jadi, itu yang mesti di jaga. OTT penting karena kalau tidak ada Google juga tidak dipakai tuh internetnya. Jadi, sekarang gimana peran kita ini masih relevan untuk para costumer," terangnya.

Yang terpenting, buat Dian selama lisensi pengadaan infrastruktur tidak dibuka lebar, perusahaan masih akan tetap menjadi perusahaan pengadaan infrastruktur telekomunikasi.

"Menurut saya, selama license tidak diberikan untuk license pengadaan infrastruktur ya itu kita masih akan tetap jadi pengadaan infrastruktur. Tapi, distruption itu sudah terjadi dengan sekarang mereka tidak pakai sms, dengan pakai Line, WhatsApp, dan lain sebagainya itu sudah terjadi," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: