Dampak shutdown di pasar keuangan akan berimplikasi pada naiknya yield surat utang. Hal itu merefleksikan kenaikan risiko serta keluarnya modal asing dari negara berkembang.
Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan pada 2017 lalu, berdasarkan data Bloomberg, dana asing yang keluar dari bursa saham (net sales) Indonesia mencapai US$2,96 miliar atau hampir Rp40 triliun. Dalam jangka menengah, tekanan keluarnya dana asing menguat dipengaruhi oleh ancaman kenaikan suku bunga Fed rate sebanyak 3 kali hingga akhir tahun.
"Faktor instabilitas geopolitik, proteksionisme perdagangan AS, dan kenaikan harga minyak hingga 80 dolar per barel juga menjadipl pendorong terjadinya net sales asing," katanya di Jakarta.
Dengan kondisi tersebut, lanjut Bhima, motor pertumbuhan ekonomi yang berasal dari investasi dan ekspor bisa terpengaruh. Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2018 berada di angka 5,1% (year-on-year) sementara suku bunga acuan 7 days repo rate diperkirakan akan tetap bertahan di 4,25% pada Februari 2018 mendatang.
Sementara itu, dari sisi investasi langsung, sepanjang Januari-September 2017 berdasarkan data BPKM, realisasi investasi AS di Indonesia berada di peringkat ke-4 sebesar US$1,53 miliar atau naik US$1,1 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Tren positif investasi AS pada 2018 bisa terkoreksi akibat terjadinya shutdown, ditambah adanya reformasi kebijakan AS yang mulai berlaku efektif.
Dengan kondisi tersebut, Pemerintah perlu terus melanjutkan reformasi investasi khususnya percepatan perizinan, deregulasi, dan evaluasi insentif fiskal. Harapannya, efek negatif investasi AS yang berkurang bisa di off-set oleh kenaikan investasi dari negara lainnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Fauziah Nurul Hidayah