Pejabat PBB: Kondisi Pengungsi Rohingya di Bangladesh Memprihatinkan
Kondisi kemanusiaan yang tergambar di kamp-kamp penampungan pengungsi Rohingya di Bangladesh akan semakin memprihatinkan dalam beberapa bulan ke depan, seorang penyelidik hak asasi manusia kepada Al Jazeera mengatakan dalam sebuah pernyataan, dirinya juga mengemukakan kekhawatirannya tentang sebuah rencana untuk mengembalikan minoritas yang melarikan diri dari kebrutalan militer ke Myanmar.
Dalam sebuah wawancara dari kamp pengungsi Balukhali di Cox's Bazar, Yanghee Lee, seorang pelapor khusus PBB yang dilarang mengunjungi Myanmar, mengatakan bahwa dengan musim hujan di Bangladesh yang semakin mendekat, "kamp-kamp telah penuh sesak dan bahaya tanah longsor mengintai mereka dan kita dapat melihat akan banyak korban jiwa".
Lee juga memperingatkan adanya kemungkinan serangan "wabah penyakit" yang akan menyebar karena curah hujan yang deras, yang mungkin akan menyebar ke pemgungsi lain
Utusan PBB tersebut mengunjungi Myanmar pada bulan Januari untuk menilai keadaan hak asasi manusia di seluruh negeri, termasuk di negara bagian Rakhine, di mana sebuah tindakan militer brutal telah mengirim lebih dari 650.000 minoritas Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Senin (22/1/2018).
Pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan militer Myanmar menceritakan sebuah kampanye yang sistematis seperti pembunuhan massal, pemerkosaan dan pembakaran. PBB telah menggambarkan situasinya sebagai "contoh buku teks tentang pembersihan etnis".
Lee mengambil peran pemantauan hak pada tahun 2014, dan diharuskan mengunjungi Myanmar dua kali setahun untuk melapor ke Dewan Hak Asasi Manusia dan Majelis Umum PBB. Lee dilarang masuk ke Myanmar bulan lalu untuk melakukan penyelidikan tanpa alasan yang jelas dari pihak Myanmar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo