Soal Yerusalem, Raja Jordan: Saya Bersama Rakyat Palestina
Raja Yordania meyakinkan orang-orang Palestina bahwa dia akan terus mempertahankan "hak sah" mereka atas sebuah kemerdekaan dan sebuah ibu kota di Yerusalem Timur dalam berurusan dengan masyarakat internasional.
Raja Abdullah II bertemu Senin (29/1/2018) dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, yang mendorong mundurnya pengakuan AS bulan lalu terhadap Yerusalem yang diperebutkan sebagai ibu kota Israel. Pengadilan kerajaan Yordania mengatakan setelah pertemuan Abbas bahwa raja "menegaskan upaya Jordan terus berlanjut di semua forum internasional untuk membela Palestina."
Abdullah juga meminta masyarakat internasional "untuk melindungi hak-hak orang Palestina, Arab, Muslim dan Kristen di kota Yerusalem," yang dia katakan adalah "kunci untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di wilayah ini," menurut kantor berita Petra.
Saeb Erekat, seorang pembantu Abbas, mengatakan kedua belah pihak sepakat untuk mengkoordinasikan posisi dan bahwa "upaya besar sekarang dilakukan untuk membatasi kerusakan" terakit dengan pengakuan AS atas Yerusalem, sebagaimana dikutip dari The Times of Israel, Selasa (30/1/2018).
Yerusalem membentuk pusat emosional dari konflik Israel-Palestina. Komentar Presiden AS Donald Trump minggu lalu bahwa Yerusalem sekarang "di luar meja" semakin membuat marah orang-orang Palestina, yang mengklaim Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara mereka. Trump juga mengatakan dalam deklarasi (6/12/2017) lalu bahwa AS tidak mengambil sisi di perbatasan akhir kota, sebuah posisi yang diulangi oleh Wakil Presiden Mike Pence saat kunjungannya ke Israel pekan lalu.
Status Yerusalem juga merupakan isu sensitif bagi Yordania, yang monarkinya berfungsi sebagai penjaga situs suci Kristen dan Muslim di Kota Tua Yerusalem dan dinasti kerajaan Hashemite memperoleh sebagian besar legitimasi politiknya dari perannya yang istimewa di kota tersebut. Kerajaan tersebut menguasai Yerusalem Timur dan Tepi Barat sampai wilayah tersebut dicaplok oleh Israel dalam Perang Enam Hari 1967.
Yordania juga rumah bagi penduduk Palestina yang besar. Pada saat yang sama, Yordania adalah sekutu AS yang gigih dan penerima utama bantuan ekonomi dan militer AS. Abdullah telah berhenti berpihak pada Abbas, yang mengatakan setelah perubahan kebijakan Trump yang dramatis di Yerusalem bahwa Washington tidak dapat lagi berfungsi sebagai mediator yang jujur antara Israel dan Palestina. Raja menerima Pence minggu lalu, dan mengatakan AS tetap menjadi negara yang sangat diperlukan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo