Warta Ekonomi, Makassar -
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Sulsel pada 2017 mengalami defisit US$22,42 juta. Kontras, bila dibandingkan tahun sebelumnya, dimana neraca dagang Sulsel mengalami surplus US$310,89 juta. Pergerakan neraca dagang Sulsel dari surplus ke defisit dipengaruhi meningkat tajamnya kinerja impor sepanjang 2017.
"Terjadi defisit (neraca dagang Sulsel) karena impor yang dilakukan Sulsel lebih besar ketimbang ekspor. Kenapa? Itu karena sedang ada pembangunan pembangkit listrik yang membutuhkan alat dan mesin-mesin," kata Kepala BPS Sulsel, Nursam Salam, di Makassar.
Berdasarkan data BPS, kinerja ekspor Sulsel memang merosot sebesar US$133,83 juta dari US$1.154,63 juta tersisa US$1.020,80 juta. Kondisi itu diperparah dengan melejitnya kebutuhan impor sebesar US$199,48 juta dari US$843,74 juta menjadi US$1.043,22 juta. "Saat nilai ekspor menurun 11,59 persen, impor malah naik 23,64 persen," tutur Nursam.
Menurut dia, komoditas yang mempengaruhi merosotnya ekspor Sulsel adalah kakao/coklat. Terjadi penurunan hingga 66,53 persen, dari US$159,56 juta menjadi US$53,41 juta. Disusul buah-buahan (-47,08 persen) dari US$57,83 juta menjadi US$30,60 juta serta ikan, udang, dan hewan tidak bertulang belakang (-37,09 persen) dari US$108,91 menjadi US$68,52 juta.
Sedangkan komoditas yang mempengaruhi melonjaknya impor adalah mesin dan peralatan listrik. Terjadi lonjakan pengiriman dari luar negeri mencapai 124,55 persen, dari US$57,90 juta menjadi US$130,02 juta. Diikuti bahan bakar mineral (101,24 persen) dari US$113,66 juta menjadi US$228,71 dan pupuk (85,20 persen), dari US$13,35 juta menjadi US$24,73 juta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: