Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sektor-Sektor Industri di Indonesia Uji Coba Teknologi Blockchain, Apa Saja?

Sektor-Sektor Industri di Indonesia Uji Coba Teknologi Blockchain, Apa Saja? Blockchain Logo. | Kredit Foto: File/Crpto-Economy.net
Warta Ekonomi, Jakarta -

Teknologi blockchain tidak hanya untuk produk cryptocurencies seperti Bitcoin, Etherum, Litecoin, dan lainnya, tapi juga bisa diaplikasikan untuk berbagai sektor industri. Pada tulisan ini disajikan empat contoh sektor industri tersebut, yakni perbankan, settlement, trade finance, logistik.

Perbankan

Menurut IBM, sektor pertama yang sangat siap menerapkan teknologi blockchain di Indonesia adalah perbankan, khususnya dalam hal know your customer (KYC). Gagasan ini muncul saat IBM Asia Pasific berganti post dan harus mengganti seluruh dokumennya di 130 bank di seluruh Asia Pasifik. Jika dilakukan secara manual tentu akan memakan waktu, mengingat jumlah dokumen yang banyak dan harus dilegalisasi dan sebagainya (1 nasabah minimal 20 hari). Akhirnya, IBM melakukan PoC KYC di Singapura untuk memungkinkan teknologi blockchain bisa digunakan, dalam artian dari sisi confidentiality, privacy, dan skillability tetap terjamin mengingat data di KYC sensitif. 

Saat ini, Singapura sudah menyelesaikan PoC dan bersiap memasukannya ke sand box. Adapun beberapa bank, seperti Deutch Bank, HSBC, dan Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ turut berpartisipasi di dalamnya. Nantinya, model ini akan diadopsi di Indonesia dan terlebih dahulu dilihat apa yang harus diubah. BI mengaku siap menguji coba dalam sand box mereka jika sudah ada purwarupanya di Indonesia.

Idealnya, teknologi blockchain di KYC tidak dikelola oleh regulator maupun swasta. Mengingat datanya yang sensitif, perlu ada institusi semacam BEI yang memiliki kepengurusan dan anggota. Jadi, bukannya dimiliki oleh satu orang, melainkan semua orang. 

Settlement

Industri berikutnya yang sangat prospektif adalah settlement, khususnya remittance (pembayaran ke luar negeri). Selama ini remitansi harus melalui koresponden. Bank Mandiri misalnya, menggunakan jasa JP Morgan AS atau Citibank sebagai koresponden. Selain prosesnya yang panjang, sekitar 2 sampai 3 hari, biaya yang harus dibayarkan ke swift pun tidak murah. Dengan teknologi blockchain, fungsi swift bisa ditiadakan dan prosesnya jauh lebih efisien, hanya 15 menit saja. Secara kasar, proses efisiensi ini dapat terjadi karena bank yang hendak melakukan remitansi. Saat ia masuk ke dalam blockchain, mereka akan menggunakan digital asset (misalnya, dari rupiah kemudian ditukarkan ke digital asset) yang nantinya akan di redigital asset (ditukarkan ke mata uang US dolar, misalnya).

Saat ini, IBM telah melakukan uji coba remitansi menggunakan blockchain di kawasan Pasifik dengan menggandeng KlickEx dengan digital asset-nya “Stellar”. IBM melakukan uji coba pada 7 mata uang dan menggandeng 5 perbankan lokal, yakni BRI, Mandiri, BNI, Danamon, dan Permata sebagai out server. 

Pun secara paralel, IBM mengandeng BI untuk menggali potensi penggunaan teknologi ini dalam sistem pembayaran luar negeri. Beberapa pejabat dari divisi fintech BI turut hadir dalam Fintech Festival yang digelar IBM di Singapura beberapa waktu lalu untuk menggali kelebihan dan kekurangan sistem ini. Karena bagaimana pun, terkait global financial transaction network (GFTN), proses pembayaran di tengahnya tetap akan memakai digital asset yang saat ini memakai dari salah satu perusahaan, sebenarnya bank sentral pun memungkinkan.

Trade Finance

Sektor berikutnya adalah trade finance. Bagi perbankan yang menangani Letter of Credit (LOC/LC), blockchain memungkinkan mereka menawarkannya kepada nasabah yang lebih luas, termasuk para pemula atau rintisan. Saat ini, proses LC dibatasi oleh biaya dan waktu untuk eksekusi. Dengan blockchain, Letter of Credit akan disimpan dalam blockchain, dan sekali dipakai akan ditandai sehingga nilai surat tidak dapat dibelanjakan lagi.

Melalui sistem yang ada saat ini, proses penanganan LC hingga uangnya cair memakan waktu 18 sampai 42 hari. Hal ini terjadi lantaran setelah barang datang, begitu banyak naskah yang harus diselesaikan dan tidak jarang terjadi penipuan. Lewat blockchain, prosesnya bisa menjadi setengah hari karena adanya kepercayaan terhadap teknologi blockchain yang memungkinkan barang yang dikirim bisa dilacak kondisinya sesuai pesanan atau tidak lewat smartphone track. Misalnya, si pengimpor mensyaratkan kontainer pengangkut barang harus dalam keadaan di bawah 10 derajat celcius, selama semua persyaratan terpenuhi, maka pembayaran pun akan dilaksanakan. 

Atau pun misalnya, saat seseorang memesan mesin dari sebuah pabrik, proses pembayarannya bisa dilakukan bertahap, sepertiga saat pabrik melakukan pengiriman, sepertiga saat barang sudah sampai di pelanggan (importir), dan sepertiga sisanya saat sampai ke rumah pembeli. Proses pembayaran berangsur tersebut dimungkinkan karena pengiriman barang bisa dimonitor. Hal ini mendorong efisiensi biaya ketimbang menunggu pembayaran selama 18—42 hari seperti biasanya, maka tidak ada lagi biaya yang ditambahkan dalam komponen harga (cost of fund).

Logistik

Di sektor logistik khususnya rantai pasokan (supply chains) blockchain sudah digunakan oleh Walmart untuk melacak asal daging babi di Cina; lalu ada Everledger, perusahaan penyimpanan berlian yang menggunakan blockchain untuk mencegah perdagangan berlian palsu yang disebut blood diamond. Selain itu, blockchain dapat juga digunakan untuk menyatukan jaringan pelayanan mobil dengan jaringan produsen sehingga memungkinkan produsen untuk dapat melakukan proses recall lebih efektif, melacak servis dan penggantian, serta mencegah komponen yang tidak berfungsi kembali memasuki rantai pasokan. 

Perusahaan jasa pengiriman raksasa Maersk bekerja sama dengan IBM6 untuk menggunakan teknologi blockchain untuk melakukan perubahan pada proses rantai pasok global lintas batas. Dengan menggunakan blockchain berbasis Fabric Hyperledger7, solusi ini akan membantu pengelolaan dan pelacakan jejak kertas dokumen dari puluhan juta pengiriman kontainer ke seluruh dunia dengan melakukan digitalisasi proses rantai pasok dari ujung ke ujung untuk peningkatan transparansi serta proses berbagi informasi yang aman antarmitra dagang Maersk. Dipercaya, jika proyek ini berhasil, Maersk akan berpotensi mendapatkan efisiensi hingga miliaran rupiah.

IBM sendiri melalui IBM Global Finance Unit menggunakan blockchain untuk mengurangi biaya perselisihan dengan pemasok. IBM Financing Unit memberikan fasilitas kredit kepada 4.000 lebih rekan kerja dan penyuplai di seluruh dunia, serta mengurusi 2,9 juta faktur setiap tahunnya. Dengan menggunakan teknologi blockchain, IBM berhasil mengurangi waktu sengketa (dispute time) dari 40 hari lebih menjadi di bawah 10 hari sehingga efisiensi tersebut mampu menghemat sekitar 100 miliar dolar AS.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: