Para pelaku usaha Indonesia mendorong adanya konsistensi keberpihakan kebijakan untuk pengembangan hilirisasi mineral tambang dan pengembangan industri logam.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian Johnny Darmawan mengatakan berhasilnya hilirisasi mineral tambang ditandai dengan terserapnya produk smelter dalam negeri oleh industri hilir berbasis mineral logam, contohnya industri logam dasar.
"Tanpa adanya industri manufaktur berbasis mineral logam maka hilirisasi mineral tambang tetap tidak akan memberikan nilai tambah yang tinggi," kata dia di Jakarta, Jumat, (23/2/2018).
Rencana dilaksanakannya forum dialog antar negara-negara kaya mineral khususnya komoditas bauksit melalui Bauxite Club, dinilai akan semakin membuka peluang usaha dan kerja sama di bidang infrastruktur pertambangan antarnegara anggota.
Ketua Kelompok Kerja Pembiayaan, Infrastruktur, dan Logistik Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Sony B Harsono mengungkapkan dengan adanya Bauxite Club, peluang kerja sama dan pertukaran teknologi antar negara-negara anggota akan semakin terbuka.
Pembentukan Bauxite Club merupakan inisiatif dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan agar meningkatkan kerja sama pertambangan negara-negara di kawasan Asia Afrika.
Chairman Asia Africa Business Alliance Didie Soewondho menambahkan, forum tersebut akan memiliki peran strategis dalam tatanan global dan turut menyumbangkan kemajuan serta keadilan dunia.
"Sudah saatnya negara-negara kaya mineral Asia-Afrika bergabung, meningkatkan nilai tambah dalam negeri seperti yang telah dilaksanakan pemerintahan Presiden Jokowi-JK sekarang ini," ujarnya.
Sementara itu, untuk komoditas bauksit, berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat rekomendasi ekspor sebesar 14,9 juta ton. Namun, realisasi sampai dengan 30 November 2017 baru sebesar 696 ribu ton.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah