Jelang Pembukaan Kedutaan AS di Yerusalem, Trump Bakal Kunjungi Israel?
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan pada hari Senin (5/3/2018) bahwa dia mungkin akan melawat ke Israel untuk pembukaan kedutaan A.S. di Yerusalem saat dia dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mempresentasikan sebuah front persatuan melawan Iran dalam perundingan di Gedung Putih.
Keputusan Trump di manan Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan di sana dari Tel Aviv membalikkan dekade kebijakan A.S pada isu Yerusalem, serta memperparah hubungannya dengan sekutu Arab dan telah mempersulit upaya pemerintahannya untuk menghidupkan kembali perundingan damai Timur Tengah yang telah lama terhenti.
Trump, dengan Netanyahu di Oval Office, mengatakan bahwa dia mempertimbangkan untuk melakukan kunjungan kedua ke Yerusalem. Pembukaan kedutaan A.S. direncanakan pada bulan Mei 2018.
"Kemungkinan kami akan datang, jika saya bisa, saya akan melakukannya," tuturnya, sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa (6/3/2018).
Investigasi tengah dilakukan kepada Netanyahu yang tersandung korupsi yang mengancam kelangsungan karirnya dalam politik Israel, Netanyahu yang ditanyai di rumahnya oleh polisi Israel pada hari Jumat (2/3/2018) mendapat sorotan berbeda selama kunjungannya di A.S. selama lima hari.
"Tekanan Trump untuk mengubah atau membatalkan kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia dan kekhawatiran mengenai pijakan Teheran di Suriah merupakan agenda utama perundingannya dengan Netanyahu," ujar pejabat Israel.
Kedua pemimpin tersebut telah lama mencerca kesepakatan tersebut, dengan alasan durasi yang terbatas dan fakta bahwa hal itu tidak mencakup program rudal balistik Iran atau dukungannya untuk militan anti-Israel di wilayah tersebut.
"Jika saya harus mengatakan apa tantangan terbesar kami di Timur Tengah untuk kedua negara kita, kepada tetangga Arab kita, ini dikemas dalam satu kata: Iran," tutur Netanyahu.
"Iran harus dihentikan. Itu adalah tantangan bersama kita," pungkasnya.
Trump telah mengancam untuk menarik diri dari kesepakatan tersebut kecuali jika sekutu Eropa membantu "memperbaikinya dengan kesepakatan tindak lanjut. Gedung Putih mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Trump "menggarisbawahi tujuannya untuk melawan pengaruh 'jahat' Iran."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo