Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Diprediksi Tembus Rp15.000/USD, Ini Tanggapan BI

Diprediksi Tembus Rp15.000/USD, Ini Tanggapan BI Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) kembali menegaskan bahwa pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS yang terjadi belakangan ini lebih disebabkan faktor eksternal bukan dari internal. Dari sisi fundamental, BI menilai inflasi, neraca pembayaran, dan pertumbuhan ekonomi kuartal IV dalam kondisi baik.

Demikian yang dikatakan Gubernur BI Agus Martowardojo saat menanggapi pernyataan dari lembaga rating Standard and Poor’s (S&P) yang memprediksi Rupiah bakal melemah ke level Rp15.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Kalau saya apabila ada institusi yang kemudian mengatakan Rupiah akan mencapai berapa itu tentu adalah masing-masing institusi bisa bicara. Kalau BI, BI melihat bahwa memang di tahun 2018, khususnya sejak Februari sampai Maret cukup ada tekanan terhadap Rupiah dan itu lebih banyak adalah daripada eksternal," ujar Agus saat ditemui di gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, kemarin (13/3/2018).

Menurutnya, ada dua faktor eksternal yang mempengaruhi nilai tukar Rupiah. Pertama adalah rapat The Federal Open Market Committee (FOMC) yang memberikan kesan bahwa ekonomi AS segera pulih dan ada kemungkinan Fed Fund Rate dinaikkan lebih dari tiga kali di tahun ini.

Kedua, presiden Trump mengeluarkan aturan terkait dengan bea masuk untuk baja dan aluminium yang membuat mata uang dolar AS positif dan kuat sehingga mata uang lain tertekan. Dia melihat bahwa kondisi itu secara year to date Rupiah akan terdepresiasi sekitar 1,5 persen. Dan kondisi dari dua hari terakhir ini, katanya, penguatan dolar AS ternyata tidak terus berlangsung.

"Yang ingin kami sampaikan, dinamika eksternal yang berdampak ke nagara-negara di dunia termasuk di Indonesia. Untuk Indonesia tidak dapat dielakkan. Kita bagian daripada sistem ekonomi dunia jadi pengaruh dari kondisi di eskternal bisa berpengaruh ke Indonesia," jelas Agus.

Dalam kondisi seperti ini, Agus menjelaskan, pihaknya hanya ingin fokus menjaga stabilisasi nilai tukar Rupiah yang tergantung dari fundamental ekonomi Indonesia dan juga dari bagaimana hubungan Rupiah dengan mata uang dunia. Dari fundamental ekonomi Indonesia yang terlihat utama adalah inflasi terjaga baik, neraca pembayaran dalam kondisi positif, dan juga pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2017 menunjukan kondisi baik.

"Jadi, kami melihat bahwa ungkapan yang disampaikan itu belum tentu adalah suatu yang menjadi tantangan karena selama ini BI bisa menjaga bahwa stabilitas nilai rupiah tetap mencerminkan fundamental ekonomi kita dan selama ini ada di kisaran seperti sekarang di Rp13.700 per dolar AS," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: