Nada suara Darneti berubah sendu ketika memulai kisah perjuangan almarhum suaminya, Yusherman, dalam membangun dan membesarkan sebuah perusahaan transportasi. Dari hanya memiliki beberapa unit mobil kecil, kini perusahaan tersebut mengoperasikan 30 unit bus besar dengan omzet mencapai Rp12 miliar per tahun.
Sebuah keputusan tepat bagi Yusherman untuk pensiun dini dan kembali ke kampung halamannnya di Pangkalan Kerinci, Riau guna merintis usaha. Kala itu, mendiang adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang menjabat sebagai kepala tata usaha di sebuah SMP di Pekanbaru. Pilihan itu diambilnya setelah ada tawaran menjadi mitra binaan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Memang sudah sejak lama terlintas di benaknya untuk memiliki usaha sendiri. Rencana tersebut juga mendapat dukungan keluarga.
"Allah kasih jalan karena di kampung kami sedang dibangun perusahaan besar (RAPP). Akhirnya, kami kembali ke Pangkalan Kerinci. Tahun 1991, kami menjadi mitra binaan RAPP," tutur ibu empat anak itu ketika ditemui beberapa waktu lalu.
Pada awal kemitraan, perusahaan Yusherman menyediakan jasa transportasi untuk mengangkut karyawan di sekitar wilayah operasional RAPP. Untuk pengadaan angkutan, mereka menyewa ke penyedia rental angkutan di Medan, Sumatera Utara. Pelan-pelan ia dan suami menyisihkan sisa keuntungan usaha sebagai modal membeli armada angkutan. Sementara Darneti memulai usaha kantin karyawan di perusahaan tersebut.
Perlahan namun pasti, bisnis jasa transportasi ini semakin menjanjikan mengingat usaha RAPP terus tumbuh dan jumlah karyawan semakin banyak. Sadar akan perlunya tambahan armada baru dan kebutuhan perawatan kendaraan, mereka memutuskan untuk fokus kepada bisnis jasa transportasi ini.
"Usaha kami terus berkembang. Waktu awal mobil kami kecil seperti angkot. Terus kami punya bus sembilan. Naik lagi jadi 11 bus dan sekarang kami punya 30 unit bus," ujar Darneti.
Pada tahun 2014 Yusherman meninggal dunia karena penyakit kanker. Pengelolaan usaha kemudian diserahkan kepada anak pertama, Andre. Di tangan Andre perusahaan ini berganti nama menjadi SMAF yang merupakan singkatan dari keempat orang anak, yaitu Seroja, Mayang, Aisyah, dan Fais. Sebelumnya, perusahaan ini bernama Intan Bersaudara.
"Saat mulai sakit-sakit, suami saya menyerahkan usaha ke anak sekitar dua atau tiga tahun sebelum almarhum meninggal," tuturnya.
Bantuan RAPP
Pemberdayaan masyarakat RAPP bukan sekedar menawarkan kemitraan dan peluang usaha. Lebih dari itu, produsen kertas yang berlokasi di Pangkalan Kerinci ini juga memberikan pendampingan dan pembinaan usaha. Yusherman sendiri telah mendapatkan pelatihan pengelolaan manajemen transportasi, manajemen sumber daya manusia, dan juga pengembangan bisnis dari RAPP.
Perusahaan juga menawarkan bantuan rekomendasi kepada mitra binaan untuk memperoleh pinjaman dari perbankan. Skema rekomendasi pinjaman dilakukan dengan menyerahkan invoice hasil transaksi mitra binaan dengan RAPP kepada bank yang direkomendasikan oleh perusahaan. Bagi SMAF, rekomendasi pinjaman perbankan sangat bermanfaat ketika mereka harus melakukan migrasi armada angkutan kecil ke bus besar sekitar awal tahun 2000.
"Alhamdulillah, RAPP sangat membantu kami. Ekonomi saya dan keluarga sangat terbantu. Kami juga bisa membantu ekonomi 40 karyawan SMAF," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: