Menuntut karyawan untuk bekerja keras bukan solusi yang baik. Apalagi, karyawan diperlakukan sebagai mesin yang harus bekerja karena dibayar. Hal inilah yang ditekankan oleh Chief Executive Officer (CEO) Bukalapak Achmad Zaky terhadap 1.500 karyawannya yang separuhnya merupakan staf engineering.
Pria berkacamata ini memfokuskan tiga aspek penting yaitu purpose, performance, dan freedom with responsiblity.
"Kita enggak punya dokumen yang detail banget. Itu tidak ada. Jadi kita sangat simple," tutur Zaky yang didaulat sebagai pembicara di seminar Warta Ekonomi "Human Resources Challanges 4.0" di Hotel Le Meridien, Jakarta, belum lama ini.
Di dalam perusahaan, Zaky melihat harus ada purpose (tujuan) yang baik agar karyawannya itu semangat bekerja dari pagi.
"Mungkin kalau nyari duit doang, dia akan lelah. Tapi, kalau dia mencari sesuatu yang baik, ia akan semangat sekali. Kalau enggak disuruh apa pun, dia tengah malam akan bekerja," kata lulusan ITB ini.
Zaky menambahkan saat ini jumlah pelapak, sebutan bagi penjual di e-commerce-nya, mencapai kurang lebih 3 juta. Secara diplomatis, ia mengatakan hal inilah yang membuat karyawannya tersebut semangat bangun pagi.
"Kita ingin mengubah skala bisnis yang rata-rata masih kecil-kecil dan jumlahnya sekitar 50 juta di Indonesia dan potensinya tidak kalah besar, jadi kita fokus selalu membangun cerita-cerita ini (para UKM)," katanya.
Tujuan kedua, sambung Zaky, Bukalapak mengedepankan inovator. Karena mereka bernaung dalam perusahaan teknologi, karyawan juga mampu untuk beradaptasi.
"Jadi, mindset-nya (SDM) selalu mengembangkan teknologi supaya kita kompetitif," ujarnya.
Aspek selanjutnya performance. Di Bukalapak, Zaky mengaku kerap mengenyampingkan birokrasi yang sulit. Sebisa mungkin mengurangi proses-proses yang begitu panjang dari segi SDM agar mencapai hasil yang maksimal.
"Jadi, langsung saja kamu (karyawan) menghasilkan apa, dan untuk mencapai hasil itu apa yang harus dilakukan," imbuhnya.
Berikutnya, aspek yang penting bagi karyawan adalah freedom with responsibility. Dicontohkannya soal jam kerja, di Bukalapak tidak ada jam kerja yang dibebani. Asalkan mereka bisa mengatur dirinya sendiri untuk menunjukkan hasil.
"Kita banyak membebaskan apa saja, training mana saja di seluruh dunia, ambil buku. Ini bukan buat perusahaan, tapi penting buat dirinya sendiri," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Dina Kusumaningrum
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait: