Saat ini, market share pasar perbankan syariah sudah tembus 5,67%. Kondisi tersebut menjadi tantangan bagi perbankan syariah. Indonesia memang memiliki penduduk muslim terbesar di dunia, tetapi sudah cukupkah pemahaman mereka terhadap perbankan dan ekonomi syariah?
Masyarakat memang sudah lebih lama teredukasi oleh perbankan konvensional bila dibandingkan perbankan syariah. Oleh karena itu, perbankan syariah memiliki pekerjaan untuk melakukan perubahan. Antara perbankan syariah dan konvensional memiliki perbedaan produk, tetapi perbedaan satu produk dengan produk lainnya merupakan suatu alternatif pilihan karena setiap produk mengandung konsekuensi tersendiri. Misalnya, akad musyarakah berarti mengharuskan nasabah untuk sharing, sedangkan akad mudharabah berarti bank bertindak sebagai pengelola modal.
Secara services, untuk pengetahuan perbankan, frontliner sudah cukup menguasai. Penguasaan information technology (IT) bank syariah juga tidak kalah. Selain itu, pada umumnya sudah mampu mengikuti tuntutan masyarakat. Adapun fokus di BRI Syariah, bank sudah memiliki Laku Pandai, yakni layanan keuangan tanpa kantor. Layanan internet banking juga sudah menjadi layanan yang sudah diberikan ke nasabah. Selain itu, ada layanan dari BRI Syariah untuk nasabahnya seperti mobile banking BRI Syariah (mobileBRIS) yang bisa digunakan untuk mendeteksi masjid terdekat, juz amma, arah kiblat, dan kutipan-kutipan ayat.
Perlu dipertegas bahwa bank syariah bukanlah banknya orang Islam. Mari kita lihat dasar hukum yang digunakan sebagai landasan bergeraknya bank syariah, yakni Al Quran. Namun, apakah universal? Masyarakat tentu bermacam-macam: ada masyarakat fanatik yang hanya punya tabungan syariah; ada masyarakat fifty-fifty yang punya tabungan syariah dan tabungan konvensional; dan ada masyarakat ekstrem yang hanya punya tabungan konvensional dan tidak mau punya tabungan syariah. Nah, kelompok tengah yang fifty-fifty ini yang harus lebih kami garap. Mereka sudah memiliki pemahaman tentang bank syariah dan mau untuk masuk ke syariah karena melihat bahwa bank syariah lebih transparan dibanding yang lain.
Dalam menggarap pasar yang tengah-tengah tersebut , BRI Syariah melakukan edukasi dan sosialisasi untuk menyampaikan kelebihan bank syariah. Kelompok fifty-fifty ini pasti akan menanyakan keunggulan bank syariah dibandingkan dengan konvensional. Berbeda kalau kelompok yang fanatik pasti sudah teguh terhadap pilihannya tersebut. Kelompok fifty-fifty ini harus lebih diberikan pemahaman, termasuk peluang keuntungan atau benefit yang bisa diperoleh.
Perbankan syariah tentunya membutuhkan ekosistem ekonomi syariah untuk dapat mengembangkan pasarnya. BRI Syariah masuk ke semua sektor, mulai dari sektor kecil, pertanian, hingga komersial. Hal tersebut menjadi langkah untuk menunjukkan bahwa bank syariah bisa menjangkau sisi pembiayaan, selain Dana Pihak Ketiga (DPK). Selain itu, tidak lupa menjangkau sisi mikro sampai program pemerintah mengenai Kredit Usaha Rakyat (KUR) iB. Selain itu, dengan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) melakukan pembiayaan kepada masyarakat berpenghasilan rendah dengan penghasilan maksimal Rp4 juta. Sektor lainnya untuk membumikan bank syariah melalui pembiayaan melalui koperasi, komersial, dan infrastruktur.
Sebagai bank, perseroan harus men-support semua sektor yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama consumer. Pembiayaan semacam itu dapat turut menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini tidak hanya melayani kepentingan consumer saja, tetapi juga harus turut menumbuhkan pergerakan ekonomi nasional.
Sebagai entitas bisnis, perbankan syariah juga harus dapat merespons kebutuhan para generasi baru, milenial. Mau tidak mau, mereka adalah pasar masa depan. Kita sedang mengikuti zaman now yang di dalamnya ada fintech. Digital banking adalah salah satu yang harus kami sasar. Kami berupaya melakukan banyak hal, misalnya memperbaiki database, mengembangkan Internet Banking dan Laku Pandai agar sesuai dengan kebutuhan anak muda.
Anak muda mengalami perubahan sedemikian rupa. Oleh karena itu, perlu membekali mereka dengan informasi bahwa di tengah perubahan tersebut ada ekonomi syariah. Berbicara mengenai ekonomi syariah, bukan hanya perbankan saja. Dengan demikian, kami harus masuk lebih dalam ke ekonomi syariah yang tidak terbatas pada bank saja.
Tentunya, sektor yang digerakkan ke ekonomi syariah meliputi banyak hal, seperti industri, fesyen, halal food, dan pariwisata. Kalau semua itu sudah jalan, pertanyaan berikutnya, “Siapakah yang membiayai, konvensional atau syariah?” Jadi, kalau bahan dan prosesnya sudah halal, lalu dibiayai oleh syariah, akan semakin halal.
BRI Syariah melihat pasar milenial bukan pasar yang sangat kecil. Namun, perusahaan tidak mau terlalu terkagum-kagum dan terkonsentrasi hanya pada segmen tersebut karena Indonesia sangat luas. Kita tetap harus mengikuti zaman now, misalnya digital banking. Namun, orang-orang yang tidak mau tersentuh dengan IT dan masuk ke IT harus tetap diakomodir. Misalnya, orang-orang dari generasi baby boomers, sebagian dari mereka masih curiga terhadap IT. Nah, mereka itu harus tetap kami garap. Jadi, kami tetap mengikuti perkembangan zaman now tanpa meninggalkan semua yang sudah dilakukan.
Kami memang ingin memperbanyak investasi di IT. BRI sangat men-support hal tersebut. Kami sudah berkali-kali dipanggil untuk bagaimana BRI dan BRI syariah dapat ter-support dengan yang dimiliki oleh BRI. Jadi, selain kemudahan, saya berharap ada efisiensi.
Untuk menyasar milenial, perusahaan mulai masuk melalui edukasi di perguruan tinggi. Selain itu, perusahaan juga bekerja sama dengan Go-Jek dan Tokopedia.
Perkembangan digital dan teknologi ada masanya semakin menguat, tetapi faktor human touch tidak dapat dihilangkan. Human touch pasti masih diperlukan, orang masih perlu bertegur sapa. Dalam beberapa sisi, mereka mungkin membutuhkan kemudahan dan kecepatan. Namun, sekali lagi, human touch merupakan hal yang penting.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Arif Hatta
Editor: Ratih Rahayu
Tag Terkait: