Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kinerja Perusahaan-Perusahaan di Bawah Naungan Astra Hingga Maret 2018

Kinerja Perusahaan-Perusahaan di Bawah Naungan Astra Hingga Maret 2018 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Astra International Tbk (ASII) memiliki anak usaha di beberapa sektor seperti sektor jasa keuangan, alat berat, pertambangan, konstruksi, energi, agribisnis, infrastruktur dan logistik, teknologi dan informasi, properti, serta otomotif. 

Sektor jasa keuangan sepanjang tiga bulan pertama tahun ini harus mengalami penurunan laba sebesar 6% menjadi Rp1,1 triliun disebabkan oleh penurunan kontribusi dari PT Bank Permata Tbk (Bank Permata).

Sektor bisnis pembiayaan konsumen Grup mengalami penurunan total pembiayaan sebesar 5% menjadi Rp19,7 triliun. Kontribusi laba bersih dari perusahaan Grup yang fokus pada pembiayaan roda empat mencatat penurunan sebesar 17% menjadi Rp225 miliar, terutama disebabkan oleh meningkatnya provisi kerugian pembiayaan pada segmen low cost car

PT Federal International Finance (FIF) yang fokus pada pembiayaan roda dua mencatat kenaikan laba bersih sebesar 22% menjadi Rp542 miliar, terutama disebabkan oleh portofolio pinjaman yang semakin meningkat.

Total pembiayaan yang dikucurkan oleh perusahaan pembiayaan alat berat Grup menurun 35% menjadi Rp846 miliar, terutama disebabkan oleh penurunan pinjaman kepada konsumen alat berat kecil dan menengah.

Bank Permata yang 44,6% sahamnya dimiliki oleh Perseroan melaporkan laba bersih sebesar Rp164 miliar dibandingkan dengan Rp453 miliar yang dicatatkan pada kuartal pertama tahun lalu. Hasil kinerja kuartal pertama tahun lalu diuntungkan oleh one-off gain atas penjualan non-performing loan. Di luar one-off gain tersebut, laba bersih meningkat terutama disebabkan oleh penurunan biaya provisi dari Rp670 miliar pada kuartal pertama tahun lalu menjadi Rp465 miliar pada kuartal pertama tahun ini. Rasio kredit bermasalah kotor (gross NPL) dan bersih (net NPL) Bank Permata relatif stabil pada akhir Maret 2018, masing-masing sebesar 4,6% dan 1,7%.

PT Asuransi Astra Buana, perusahaan asuransi umum Grup, mencatat peningkatan laba bersih sebesar 15% menjadi Rp247 miliar disebabkan meningkatnya keuntungan investasi. Selama periode ini, perusahaan patungan bersama asuransi jiwa Grup, PT Astra Aviva Life, menambah 78.000 nasabah baru asuransi jiwa perorangan dan 411.000 nasabah baru asuransi program kesejahteraan karyawan.

Adapun laba bersih dari segmen agribisnis Grup turun 55% sebesar Rp283 miliar.

PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL) yang 79,7% sahamnya dimiliki oleh Perseroan membukukan penurunan laba bersih sebesar 55% menjadi Rp355 miliar, terutama karena menurunnya harga minyak kelapa sawit (CPO). Harga rata-rata minyak kelapa sawit turun sebesar 12% menjadi Rp7.855/kg sementara penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya meningkat sebesar 17% menjadi 480.000 ton.

Sementara dari divisi infrastruktur dan logistik Grup mencatat kerugian bersih sebesar Rp23 miliar, dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp67 miliar pada kuartal I 2017. Hal ini disebabkan oleh kerugian awal dari ruas jalan tol Cikopo-Palimanan yang diakuisisi Grup pada semester I 2017.

Adapun portofolio Grup pada bisnis jalan tol hingga saat ini telah mencapai 353 km, di mana 269 km telah beroperasi. Tol Tangerang-Merak sepanjang 72,5 km yang dioperasikan PT Marga Mandala Sakti (MMS), operator jalan tol yang 79,3% sahamnya dimiliki Perseroan, mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 14% menjadi Rp253 miliar. 

Pada jalan tol Jombang-Mojokerto sepanjang 40,5 km, sepanjang 39,6 km telah beroperasi secara penuh pada September 2017 dan mencatat pendapatan sebesar Rp39 miliar pada kuartal I 2018. Jalan tol Cikopo-Palimanan sepanjang 116,8 km yang 45% sahamnya dimiliki Perseroan mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 4% menjadi Rp296 miliar.

Sementara 40,1 km dari 72,6 km ruas jalan tol Semarang-Solo yang 40% sahamnya dimiliki Grup telah beroperasi dan mencatatkan pendapatan sebesar Rp50 miliar atau 36% lebih tinggi dari kuartal pertama tahun sebelumnya.

Grup juga memiliki 40% saham di jalan tol Kunciran-Serpong sepanjang 11,2 km dan 25% saham di jalan tol Serpong-Balaraja sepanjang 39,8 km. Kedua tol tersebut masih dalam tahap pengembangan.

PT Serasi Autoraya (SERA) mengalami kenaikan laba bersih sebesar 45% menjadi Rp58 miliar disebabkan oleh kenaikan marjin bisnis pembiayaan dan sewa mobil meskipun terjadi penurunan sebesar 4% pada kontrak sewa kendaraan.

Selain itu, divisi properti Grup melaporkan laba bersih sebesar Rp6 miliar dibandingkan laba bersih Rp42 miliar pada tahun sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan oleh menurunnya pengakuan laba dari proyek Anandamaya Residences di mana proyek tersebut telah memasuki tahapan akhir sehingga persentase penyelesaiannya lebih rendah.

Arumaya, proyek residensial yang 60% sahamnya dimiliki Grup yang berlokasi di Jakarta Selatan telah memulai pemasaran pada Maret 2018 dan dijadwalkan selesai dibangun pada 2022.

PT Astra Land Indonesia (ALI) yang 50% sahamnya dimiliki oleh Grup dan memiliki 67% saham PT Astra Modern Land (AML) sedang mengembangkan lahan seluas 67 hektare di wilayah Jakarta Timur dan pada kuartal I 2018 telah memulai aktivitas pemasaran untuk dua klaster pertama rumah tapak.

Dari segmen alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi Grup laba meningkat sebesar 68% menjadi Rp1,5 triliun.

PT United Tractors Tbk (UT) yang 59,5% sahamnya dimiliki oleh Perseroan melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 69% menjadi Rp2,5 triliun. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan kinerja bisnis mesin konstruksi dan kontraktor penambangan serta kegiatan pertambangan sebagai dampak dari peningkatan harga batu bara.

Pada segmen usaha mesin konstruksi, volume penjualan alat berat Komatsu mengalami peningkatan sebesar 38% menjadi 1.171 unit. Pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan juga meningkat. PT Pamapersada Nusantara (PAMA), anak perusahaan UT di bidang kontraktor penambangan batu bara, mengalami peningkatan produksi batu bara sebesar 6% menjadi 26,5 juta ton dan kontrak pengupasan lapisan tanah (overburden removal), meningkat sebesar 22% menjadi 207 juta bank cubic metres. Anak perusahaan UT di bidang pertambangan melaporkan peningkatan penjualan batu bara sebesar 36% menjadi 2,6 juta ton.

PT Suprabari Mapanindo Mineral (SMM), perusahaan coking coal yang 80,1% sahamnya dimiliki UT dan mulai beroperasi pada akhir 2017, berhasil mencatatkan penjualan batu bara sebesar 111.000 ton.

PT Acset Indonusa Tbk (Acset), perusahaan kontraktor umum yang 50,1% sahamnya dimiliki UT, mencatat peningkatan laba bersih sebesar 27% menjadi Rp39 miliar diakibatkan oleh peningkatan pendapatan, terutama dari proyek-proyek konstruksi infrastrukturnya.

Dari segmen teknologi informasi Grup laba bersih naik 4% menjadi Rp27 miliar.

PT Astra Graphia Tbk yang 76,9% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatat kenaikan laba bersih menjadi Rp35 miliar, terutama disebabkan oleh pendapatan yang lebih tinggi dari semua segmen bisnisnya.

Laba bersih dari bisnis otomotif Grup menurun 8% menjadi Rp2,1 triliun, terutama disebabkan oleh meningkatnya kompetisi di pasar mobil.

Meski mobil secara nasional meningkat 3% menjadi 292.000 unit. Namun, penjualan nasional mobil Astra menurun sebesar 12% menjadi 142.000 unit yang disebabkan oleh kompetisi yang semakin ketat sehingga pangsa pasar Astra menurun dari 57% menjadi 49%. Grup telah meluncurkan tujuh model baru dan dua model revamped selama periode ini.

Penjualan sepeda motor nasional meningkat sebesar 4% menjadi 1,5 juta unit. Penjualan sepeda motor dari PT Astra Honda Motor (AHM) stabil sebesar 1,1 juta unit disebabkan oleh pengelolaan inventori dalam rangka peluncuran beberapa model utama yang mengakibatkan pangsa pasar AHM menurun dari 77% menjadi 73%. Grup telah meluncurkan satu model baru dan lima model revamped selama periode ini.

PT Astra Otoparts Tbk, bisnis komponen Grup, mencatat penurunan laba bersih sebesar 1% menjadi Rp146 milia, meskipun terdapat kenaikan pendapatan sebesar 11%. Penurunan laba bersih terutama disebabkan oleh penurunan kontribusi dari perusahaan patungan dan entitas asosiasi yang terkena dampak dari kerugian translasi mata uang asing.

Alhasil, Grup Astra mengalami penurunan kinerja pada sebagian segmen bisnisnya, khususnya pada segmen otomotif dan agribisnis. Penurunan ini lebih tinggi dari pada peningkatan kinerja pada segmen alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi.

Pendapatan bersih konsolidasian Grup meningkat 14% menjadi Rp55,8 triliun seiring dengan peningkatan pendapatan terutama berasal dari bisnis alat berat dan pertambangan serta otomotif.

Laba bersih konsolidasian Grup mencapai Rp5,0 triliun, turun 2% dibandingkan dengan laba bersih konsolidasian Group pada periode yang sama tahun lalu.

Nilai aset bersih per saham tercatat sebesar Rp3.186 pada 31 Maret 2018, naik 4% dibandingkan dengan posisi pada akhir 2017.

Nilai utang bersih, di luar Grup jasa keuangan, mencapai Rp2,4 triliun dibandingkan dengan nilai kas bersih Rp2,7 triliun per 31 Desember 2017, terutama disebabkan oleh investasi Grup di jalan tol, Go-Jek, dan belanja modal pada bisnis kontraktor penambangan. 

Anak perusahaan Grup segmen jasa keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp44,8 triliun dibandingkan dengan Rp46,1 triliun pada akhir 2017.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: