Harga minyak AS memperpanjang penurunannya pada akhir perdagangan, Rabu (30/5/2018) pagi WIB, dipicu ekspektasi bahwa Arab Saudi dan Rusia dapat memproduksi lebih banyak minyak mentah untuk mengkompensasi potensi kekurangan pasokan.
Arab Saudi dan Rusia telah membahas peningkatan produksi minyak OPEC dan non-OPEC sebesar satu juta barel per hari (bph) untuk melawan potensi kekurangan pasokan dari Venezuela dan Iran, menurut CNBC.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dapat memutuskan pada Juni untuk meningkatkan produksi mereka guna menutupi pengurangan pasokan dari Venezuela dan Iran yang dilanda krisis, setelah AS memutuskan menarik diri dari kesepakatan pengendalian senjata nuklir, OPEC dan sumber industri minyak mengatakan.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan, pemangkasan produksi dapat dikurangi "dengan lembut" jika negara-negara OPEC dan non-OPEC melihat keseimbangan pasar minyak pada Juni, kantor berita Interfax melaporkan.
Beberapa analis mengatakan bahwa sanksi AS terhadap Iran bisa menghapus satu juta barel per hari minyak mentah Iran dari pasar, sementara yang lain mengatakan dampaknya akan terbatas menjadi kurang dari 500.000 barel per hari.
Sementara itu, produksi Venezuela turun menjadi sekitar 1,4 juta barel per hari, menurut sumber sekunder OPEC, karena krisis ekonominya meningkat dan PDVSA yang dikelola negara kesulitan untuk membayar utang dan dana operasi.
Kenaikan produksi minyak mentah AS juga membebani pasar. Jumlah rig yang beroperasi di ladang minyak AS naik 15 rig menjadi total 859 rig pada pekan lalu, mencatat tingkat tertinggi sejak Maret 2015, perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes mengatakan dalam laporan mingguannya pada Jumat (25/5).
Pasar minyak AS ditutup pada Senin (28/5) untuk hari libur perayaan Memorial Day.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Juli, turun US$1,15 menjadi menetap di US$66,73 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli, bertambah US$0,09 menjadi ditutup pada US$75,39 per barel di London ICE Futures Exchange.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: