Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sebulan di Level Terendah, Minyak Mentah Brent Berbalik Naik

Sebulan di Level Terendah, Minyak Mentah Brent Berbalik Naik Kredit Foto: Andi Aliev
Warta Ekonomi, New York -

Minyak mentah Brent membalikkan kerugiannya pada akhir perdagangan, Rabu (6/6/2018) pagi WIB, setelah mencapai harga terendah dalam hampir sebulan menyusul laporan bahwa pemerintah AS meminta Arab Saudi dan eksportir utama lainnya untuk meningkatkan produksi minyak.

Kontrak berjangka minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus, patokan global, naik sembilan sen AS atau 0,12% menjadi menetap pada US$75,38 per barel di London ICE Futures Exchange. Brent menyentuh terendah US$73,81, tingkat terendah sejak 8 Mei.

Sementara itu, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Juli, bertambah 77 sen AS atau 1,2 persen menjadi menetap di US$65,52 per barel di New York Mercantile Exchange. WTI mencapai terendah sesi di US$64,22, terendah sejak 10 April.

"Spread" untuk Brent terhadap WTI mencapai terendah sepanjang sesi US$9,38, pulih sedikit dari minggu lalu, ketika selisihnya mencapai US$11,57, terluas sejak Maret 2015. Perbedaan itu "overcooked" (terlalu matang), sehingga mendorong aksi ambil untung, kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.

Pemerintah AS secara tidak resmi telah meminta Arab Saudi dan beberapa produsen OPEC lainnya untuk meningkatkan produksi minyak, tiga OPEC dan sumber industri mengatakan, meskipun tidak meminta besaran angka tertentu.

Sebelumnya pada Selasa (5/6) pagi, Bloomberg melaporkan bahwa pemerintah AS telah meminta produsen-produsen untuk meningkatkan produksi minyak sekitar satu juta barel per hari (bph).

Pasokan OPEC cenderung lebih langsung mempengaruhi harga Brent, sedangkan minyak mentah AS terikat pada pasokan AS.

Permintaan itu muncul setelah harga bensin eceran AS melonjak ke tingkat tertinggi dalam lebih dari tiga tahun, dan Presiden Donald Trump pada April mengeluhkan kebijakan OPEC dan kenaikan harga minyak. Rata-rata nasional pada Selasa (5/6) mencapai US$2,94 per galon reguler, menurut AAA.

Kenaikan harga juga menyusul keputusan Washington untuk menerapkan kembali sanksi atas ekspor minyak mentah Iran, yang dapat mengganggu pasokan minyak global. Produksi minyak mentah Iran bisa jatuh satu juta barel per hari sebagai akibat dari sanksi baru AS, menurut catatan dari Standard Chartered.

"Pasar memandang ke depan. Fakta bahwa Rusia, Arab Saudi, dan OPEC secara lebih luas telah mulai membahas peningkatan tingkat produksi, Anda mendapatkan koreksi yang cukup cepat ini," kata Tyler Richey, co-editor Sevens Report di Jupiter, Florida.

Arab Saudi dan Rusia sudah membahas peningkatan produksi minyak OPEC dan non-OPEC sekitar satu juta barel per hari, sumber yang akrab dengan masalah tersebut mengatakan pada 25 Mei.

Saudi Aramco telah menaikkan harga Juli untuk grade Arab Light-nya untuk pelanggan Asia sebesar 20 sen AS per barel dibandingkan Juni ke premium 2,10 per barel terhadap rata-rata Oman/Dubai, katanya pada Selasa (5/6).

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak akan bertemu di Wina pada 22 Juni untuk memutuskan apakah kelompok produsen OPEC dan non-OPEC, termasuk Rusia, akan meningkatkan produksi untuk menutupi kekurangan pasokan dari Iran dan Venezuela.

Stok minyak mentah AS diperkirakan turun untuk minggu kedua berturut-turut, sebuah jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada Senin (4/6).

Kelompok industri American Petroleum Institute (API) dijadwalkan akan merilis datanya untuk minggu lalu pada pukul 16.30 waktu setempat (20.30 GMT) pada Selasa (5/6), dan angka pemerintah akan diumumkan pada Rabu pukul 10.30 waktu setempat (14.30 GMT), demikian Reuters.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: