Kenali Kebiasaan Boros Ini, Apa Anda Termasuk?
Oleh: Stanley Christian, Senior Advisor AZ Consulting
Apa yang Anda lakukan ketika sudah mulai merasa memiliki cashflow yang berantakan? Apakah Anda berhemat alias mengencangkan ikat pinggang?
Berhemat bukanlah suatu perkara mudah dan menjadi sebuah solusi jitu dalam mengontrol keuangan. Karena berhemat merupakan sebuah kebiasaan maka sebelum berhemat, Anda harus melakukan koreksi diri terlebih dahulu, apakah memiliki kebiasaan boros atau tidak? Kali ini saya mengajak Anda untuk mengenali kebiasaan-kebiasaan yang kerap kali menjadi pemicu kebiasaan boros tersebut.
You Only Live Once (YOLO)
Apakah Anda familiar dengan istilah di atas? YOLO atau you only live once sebuah slogan yang digunakan para milenial dalam menjalani kehidupan. Mereka beranggapan hidup hanya sekali sehingga harus dinikmati. Gaya hidup seperti ini memiliki kecenderungan konsumtif dan mengutamakan pengeluaran untuk kegiatan yang bersifat leisure. Contohnya travelling, experienced buying, menonton konser, hingga menonton film di bioskop.
YOLO tidak hanya menghinggapi milenial Indonesia, namun juga Amerika Serikat, Inggris, hingga China. Sebuah penelitian yang dilakukan Airbnb, perusahaan jaringan pasar daring dan penginapan rumahan asal Amerika Serikat (2016), menyebutkan bahwa melancong menjadi hal penting bagi para milenial, khususnya di China.
Dari 1.000 responden berumur 18 sampai 35 tahun, sebanyak 47% orang asal Inggris memprioritaskan kegiatan melancong dibandingkan membeli rumah atau mobil juga membayar utang. Di Amerika Serikat, 55% responden lebih memilih menggunakan uang untuk pelesir. China menduduki peringkat paling tinggi, yakni sebanyak 71% orang mengakui aktivitas pelesir sebagai tujuan hidup. Wow luar biasa bukan.
Belum berhenti sampai di situ saja faktanya, ada penelitian yang menunjukkan keinginan para milenial untuk travelling tidak berbanding lurus dengan kondisi keuangan mereka.
Penelitian yang berjudul Employee Financial Wellness Survey tahun 2017 yang diterbitkan PwC, lembaga akuntansi di London, memaparkan sejumlah persoalan keuangan 1.600 pekerja penuh AS, termasuk di dalamnya generasi milenial. Kekhawatiran seperti tidak punya tabungan untuk membayar keperluan tak terduga, tidak bisa pensiun sesuai waktu yang diinginkan, tidak bisa memenuhi biaya hidup per bulan, diberhentikan dari pekerjaan, tidak bisa membayar utang, kehilangan rumah, dan tidak bisa membayar biaya kuliah membayangi pekerja milenial.
Cashflow bulanan yang berantakan serta utang yang menumpuk menjadi permasalahan yang timbul akibat YOLO ini. Sebanyak 41% responden milenial mengatakan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup per bulan. Hal ini membuat penggunaan kartu kredit dipilih sebagai jalan keluar.
Data PwC menunjukkan 45% responden milenial menggunakan kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, 70% pekerja secara konsisten menggunakan utang kartu kredit. Dari pengguna kartu kredit itu, 39% responden kesusahan untuk membayar batas minimum pembayaran tiap bulan. Stres akibat masalah keuangan pada akhirnya menempati posisi tertinggi dibandingkan masalah lain yang juga jadi penyebab stres kaum milenial seperti kesehatan, pekerjaan, dan hubungan.
Hal seperti ini tentu menjadi tantangan para generasi milenial untuk bertahan hidup dengan lebih baik. Umumnya, para milenial ingin langsung menikmati penghasilan yang diperoleh tanpa memikirkan pengeluaran di masa depan. Padahal, penghasilan tersebut belum tentu didapatkan lagi. Karenanya setiap kita wajib memiliki skala prioritas dalam keuangan.
Cuek Harga
Di sekitar rumah kita pasti ada minimarket. Hampir dapat dipastikan dua minimarket ternama selalu berdekatan. Sadarkah kita bahwa harga-harga di minimarket lebih mahal daripada supermarket? Ya, minimarket memang tempat yang mudah dijangkau oleh siapa saja karena pasti berada di sekitar rumah warga dan inilah yang membuat terlena. Karena tidak ingin repot dan alasan jarak yang lumayan jauh ke supermarket maka diputuskan untuk berbelanja di minimarket. Bila hal seperti ini terus dilakukan, dipastikan Anda mengeluarkan uang lebih besar daripada yang seharusnya.
Di sisi lain berarti Anda tidak pernah memperhatikan harga dari barang yang dibeli. Kalau Anda memperhatikan harga tentu akan tidak sering berbelanja di minimarket. Sangatlah penting bagi kita dalam mengatur keuangan untuk memperhatikan serta mencatat biaya yang dikeluarkan untuk sebuah barang, terutama kebutuhan pokok.
Dengan memperhatikan dan mencatat harga, kita bisa membuat perbandingan untuk sebuah produk di supermarket yang berbeda. Toh, kita juga sering melakukan transaksi secara online kan? Ini lebih mudah lagi untuk mengecek harga, bisa dengan save di handphone atau di-screenshoot. Belum lagi para toko online yang kerap kali memberikan diskon dan promo menarik. Ini harus menjadi perhatian bagi kita dalam berbelanja, apakah membuat hemat atau semakin boros.
Bisa jadi harga yang ditawarkan memang murah daripada beli di supermarket, namun ada ketentuan khusus yaitu misalnya perlu membeli sebanyak lima pcs baru mendapatkan harga promo. Bila kebutuhan kita hanya dua, namun demi mendapat promo harus membeli lima pcs, bisa-bisa pengeluaran kita malah tidak seimbang dan hal seperti ini sebaiknya bisa dihindari.
Anda harus membuat prioritas yang baik dalam berbelanja sehingga tidak terpecah karena penawaran promo atau diskon.
Atau terkadang kita juga malah tergiur harga murah tapi tidak cek kualitas. Ini bisa menjadi kebiasaan kurang baik. Beberapa supermarket memiliki produk yang memiliki harga miring karena kualitasnya memang jauh dari produk yang sebenarnya. Bila kita tidak cermat akan hal ini, pengeluaran yang ingin ditekan malah menjadi lebih boros karena produk yang dibeli tidak memiliki kualitas baik.
Membeli Air Mineral Botol
Air minum merupakan kebutuhan dasar. Atas dasar hal itu, kita kerap kali melakukan pembenaran diri dengan cara membeli air minum kemasan di warung atau minimarket. Seharusnya hal seperti ini dapat Anda kurangi dengan membawa air mineral dari rumah sehingga tidak perlu membeli di pinggir jalan. Coba seberapa sering Anda membeli air mineral botol dalam seminggu ini?
Terkesan hal kecil, namun sebenarnya memiliki pengaruh terhadap keuangan, apalagi bila diakumulasikan dan Anda lihat sendiri berapa nominalnya. Kebayang kan berapa banyak yang seharusnya kita bisa hemat. Itu sebabnya penting untuk bisa menguasai cara mengelola keuangan dengan tepat serta mulai berinvestasi pada produk keuangan sesuai kebutuhan dengan belajar di kelas dan Perencanaan Keuangan dan Investasi yang dilaksanakan di Jakarta.
Well, dengan melihat beberapa kebiasaan kecil yang kita lakukan ini namun berpotensi besar dalam keuangan, semoga kita segera melakukan perubahan agar ke depannya memiliki keuangan yang lebih baik lagi and Happy Planning.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: