Harga telur ayam di kota Balikpapan hingga kini masih tinggi. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) Balikpapan melakukan pemantauan harga telur ayam selama bulan Ramadan dan menjelang Idul Fitri 1439 H dan pasca lebaran.
"Secara umum kenaikan harga telur ayam selama Bulan Ramadan dan menjelang Idul Fitri, dipicu oleh peningkatan konsumsi masyarakat. Dan biasanya, harga telur ayam akan mulai menurun kembali setelah Idul Firi. Terkait dengan kondisi ini KPPU Balikpapan telah melakukan koordinasi dengan instansi teknis terkait (Diperindag Kota Bpn) dan melakukan pemantauan langsung ke peternak ayam petelur di Balikpapan," beber Kepala KPPU Cabang Balikpapan Abdul Hakim (12/7/2018).
Lanjutnya berdasarkan hasil diskusi dan pemantauan diperoleh informasi yang menjadi penyebab tingginya harga telur ayam di Kota Balikpapan, diantaranya adalah kurangnya pasokan telur ayam dari daerah pemasok (Jawa Timur).
"Serta permintaan terhadap telur yang masih tinggi karena banyak hajatan meskipun libur Idul Fitri sudah berakhir," katanya.
Sebagaimana diketahui pasokan telur ayam di Kota Balikapapan sebagian besar dipenuhi dari luar daerah, seperti Jawa Timur dan Sulawesi. Tetapi saat ini pasokan dari Sulawesi terbatas dan lebih banyak pasokan masuk dari Jawa Timur. Sehingga, pasokan telur ayam di Kota Balikpapan akan sangat terpengaruh dari kondisi di daerah asal.
Menurutnya beberapa kondisi yang menyebabkan kurangnya pasokan telur dari daerah asal adalah imbas dari kebijakan pelarangan AGP (Antibiotic Growth Promoters) dan Ractopamine, sehingga produktivitas pullet (ayam betina remaja/bakalan) terhambat.
Saat ini para peternak pun telah mencoba melakukan mixing pakan mandiri untuk mencoba menggantikan fungsi AGP tersebut, namun belum ada hasil.
KPPU membandingan harga telur ayam di level peternak di Blitar (sentra ayam petelur di Jawa Timur) adalah sekitar Rp24.500/Kg, biasanya harga telur di kandang adalah Rp19.000/Kg. Apabila dikonversi dari ukuran kg menjadi butir (1 piring berisi 30 butir dengan berat sekitar 1,8 Kg), maka rata-rata harga ditingkat konsumen Balikpapan, yaitu dengan kisaran Rp28.000 per Kg (ukuran kecil) – Rp31.000 per kg (ukuran besar).
Selisih dari harga kandang dengan harga di konsumen sebesar Rp4.500 – Rp6.500 per kg (tergantung ukuran) merupakan biaya distribusi telur ayam dari kandang di Blitar hingga ke tangan konsumen. Nilai selisih masih dianggap wajar, sehingga kecil kemungkinan kenaikan harga telur ayam adalah karena ulah distributor. Selain itu diperoleh informasi dari pedagang bahwa pasokan dari Jawa Timur juga berkurang yang biasanya pengiriman 1 kali dalam seminggu dalam beberapa bulan terakhir, distributor memperoleh pasokan 1 kali dalam 2 minggu.
Faktor lain yang diduga mempengaruhi naiknya harga telur dikandang adalah kenaikan harga pakan ternak. Seperti diketahui komponen pakan merupakan komponen biaya terbesar, hingga 35% dari total biaya produksi. Dengan melemahnya kurs rupiah terhadap dolar, bahan baku pakan ternak masih impor, menyebabkan kenaikan harga pakan.
Terhadap kenaikan harga telur ayam ini, KPPU akan tetap melaksanakan pengawasan pelaku usaha dan mengumpulkan data dan informasi benar tidaknya terjadi penurunan pasokan dari sentra dengan melakukan koordinasi dengan instansi teknis terkait (Karantina) dan pelaku usaha yang memiliki data distribusi (EMKL/PBM).
"Karena yang perlu dicermati bahwa pembentukan harga tidak lain karena mekanisme hukum permintaan dan penawaran. Pada saat pasokan memang berkurang otomatis harga juga akan terpengaruh terutama untuk kota Balikpapan yang pasokan telur ayam dipenuhi dari luar pulau. Selain itu, untuk, KPPU tetap bersinergi dengan pemerintah daerah, Kantor Perwakilan BI (pengendali inflasi) dan Satgas Pangan untuk melakukan pengawasan sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Aliev
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: