Masa-masa emas bisnis ritel di Indonesia sudah mulai redup. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya ritel raksasa yang gulung tikar dan menutup gerainya. Hal yang sama lebih dahulu mendera pebisnis ritel di Amerika akibat maraknya bisnis belanja online.
Tantangan tersebut tentunya merupakan hal serius yang harus segera diantisipasi oleh semua pelaku bisnis ritel. Penyesuaian terhadap perkembangan pun harus dipikirkan dengan matang, bukan hanya sekadar dengan mengubah bisnis model.
Oleh karena it,u dibutuhkan strategi baru untuk mengembangkan bisnis ritel sesuai dengan perkembangan zaman yang serba digital saat ini yakni melibatkan faktor luar dalam mengambil keputusan bisnis seperti strategi omnichannel marketing, di mana terdapat interkoneksi aktivitas bisnis secara online dan offline.
"Bukan hanya menjalankan bisnis secara online dan offline saja, melainkan dibutuhkan omnichannel marketing karena konsumen cenderung mengombinasikan aktivitas di toko online dan offline sebelum melakukan pembelian. Kadang mereka review produk secara online, lalu ke toko offline untuk membeli sehingga kegiatan marketing antara online dan offline yang terintegrasi sangat dibutuhkan," kata Dekan School of Business & Economics Universitas Prasetiya Mulya, Agus W. Soehadi, dalam talkshow Branding Update di Jakarta, Senin (23/7/2018).
Berdasarkan riset Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo), diketahui pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia per tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 9% dibanding tahun 2014 yang mencapai angka dua digit, 14%-15%.
Sementara itu, Product Leadership Director Nielsen Indonesia, Krisetiadi Purwanto, menjelaskan, menurut hasil riset perusahaannya, penetrasi internet yang luar biasa membuat daya beli masyarakat Indonesia kian mengalami transisi dari yang mengutamakan belanja produk menjadi mendahulukan belanja pengalaman.
"Dari hasil riset terhadap 1.500 responden rumah tangga di Indonesia, konsumen masa kini lebih cenderung menghabiskan dana untuk rekreasi dan gaya hidup ketimbang untuk konsumsi fast moving consumer goods (FMCG)," paparnya.
Chief Marketing Enabler startup Anterin, Jessica Carla, menambahkan, saat ini tengah terjadi transisi daya beli masyarakat karena konsumen yang semakin cerdas. Kegiatan berbelanja kini bukan semata hanya sebatas pada proses membeli kebutuhan, tetapi konsumen menuntut adanya pengalaman yang "lebih" ketika mereka berbelanja.
"Konsumen saat ini melihat social currency yang akan didapat ketika melakukan pembelian terhadap suatu brand. Peritel harus mengedepankan pengalaman dan interaksi dalam setiap touch point dengan konsumennya," kata Jessica.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah