Bank Indonesia (BI) bersama pemerintah terus menggenjot aliran devisa guna memupuk kembali cadangan devisa yang tergerus USD12,14 miliar (Januari-Juni 2018) untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS.
Salah satu caranya ialah mendorong aliran Devisa Hasil Ekspor (DHE) dari para eksportir agar masuk ke Indonesia. Selain dapat meningkatkan cadangan devisa, cara ini diyakini juga dapat menjaga nilai tukar Rupiah dari berbagai tekanan di pasar keuangan.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya bersama pemerintah tidak hanya mendorong para eksportir memasukkan devisanya ke Indonesia tetapi juga mengkonversikannya ke Rupiah.
"kurang lebih sekitar 80-81% dari DHE yang sudah masuk ke perbankan di Indonesia, tetapi hanya sekitar 15%-16% yang dikonversikan ke Rupiah," ujar Perry di Jakarta, Jumat (2/8/2018).
Adapun guna menarik minat eksportir membawa devisa dan mengkonversikannya ke Rupiah, pemerintah melalui Kementerian Keuangan berniat untuk memberikan insentif seperti pajak yang lebih rendah untuk simpanannya dan untuk yang mengkonversikannya ke Rupiah.
Dari sisi BI, Perry menuturkan pihaknya memastikan agar biaya transaksi swap dan forward bisa tetap murah, bahkan jauh lebih murah. "Dari kami terus berupaya supaya swap maupun forward itu terus murah. Jadi para eksportir yang ingin mengkonversikan Rupiahnya bida dari spot bisa juga kalau mereka masih ingin memegang dolarnya tapi butuh rupiah bisa melalui swap," jelas Perry.
Sementara bagi para importir yang mmbutuhkan dolar untuk bayar utang atau kebutuhan lainnya, tidak semuanya harus ke pasar spot tapi juga bisa dengan forward.
"Biaya swap kami di BI kurang lebih sekitar 5% untuk tenor 1 bulan, kurang lebih 6% untuk tenor 6 bulan. Itu cukup murah sehingga kami juga mendorong para eksportir mengkonversikannya ke Rupiah atau melakukan swap," tukas Perry.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: