Kenaikan nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah yang menembus angka Rp14.600 secara nasional cukup meresahkan. Kondisi itu membawa implikasi pada dua aspek yakni investasi dan ekspor-impor. Namun, khusus di Sulsel, penguatan Dollar diklaim tidak terlalu signifikan mempengaruhi ekonomi daerah yang memiliki pondasi yang cukup kuat.
Fundamental ekonomi yang terbangun sejak pemerintahan Syahrul Yasin Limpo memang cukup mengesankan. Itu ditandai dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang tinggi berkisar 7,38% atau senantiasa berada di atas angka nasional. Sulsel secara umum juga mencatatkan neraca perdagangan yang positif, artinya kinerja ekspor cenderung cukup baik dibandingkan impor.
Pengamat ekonomi asal Sulsel, Bahtiar Maddatuang, menyampaikan kondisi inilah yang menyelamatkan Sulsel dari goncangan efek kenaikan Dollar AS. Sementara secara nasional, kenaikan Dollar memang cukup berpengaruh karena kinerja impor yang lebih tinggi dibanding kinerja ekspor.
Bahtiar bahkan menyebutkan ekonomi nasional sejatinya mesti berkiblat ke Sulsel yang telah memiliki fundamentalisme ekonomi yang kuat sehingga tidak terpengaruh pada kenaikan Dollar yang disertai pelemahan Rupiah.
"Kalau di Sulsel lebih besar ekspor daripada impor. Desain ekonomi di Indonesia harusnya berkiblat di Sulsel. Pertumbuhan ekonomi tinggi, kemiskinan menurun, pengangguran berkurang, indeks gini ratio juga rendah," kata Bahtiar, di sela Humas Coffee Morning dengan tema 'Investasi Sulsel dan Pengaruh Kenaikan Dollar AS' di Kota Makassar.
"Inilah hebatnya fundamentalisme ekonomi yang terbangun, perkuat daya saing, dorong ekspor, itu kuncinya," sambung Bahtiar.
Lebih jauh, Bahtiar mengungkapkan saat ini yang dibutuhkan guna menjaga stabilitas ekonomi Sulsel yakni membuka jalur investasi dengan memudahkan perizinan serta melanjutkan pembangunan infrastruktur. Sementara terkait menguatnya Dollar AS, Pemprov Sulsel mesti tetap berpegang pada instrumen dan kebijakan pusat.
Sementara itu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sulsel, AM Yamin, mengatakan penguatan Dollar AS terhadap Rupiah tidak perlu menimbulkan kepanikan. Justru, penguatan Dollar dapat menjadi momen yang menguntungkan daerah, dalam hal menggenjot ekspor produk lokal.
"Seharusnya kita manfaatkan momen ini untuk kepentingan daerah. Paling berpeluang misalnya di sektor industri yang memanfaatkan produk lokal, karena hanya yang menggunakan bahan impor yang terkena dampak, olehnya itu harusnya dimanfaatkan untuk memproleh benefit bagi daerah," pungkas dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: