Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

SMGR Catat Penjualan 20,67 Juta Ton per Agustus 2018

SMGR Catat Penjualan 20,67 Juta Ton per Agustus 2018 Kredit Foto: Antara/Didik Suhartono
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hingga Agustus 2018, PT Semen Indoensia (SMGR) mencatatkan kinerja penjualan yang positif di tengah persaingan industri semen dalam negeri. Volume penjualan mencapai 20,67 juta ton, atau tumbuh 4% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 19,88 juta ton.

Direktur Marketing & Supply Chain SMGR, Adi Munandir mengatakan, capaian penjualan tersebut terdiri dari penjualan dalam negeri sebesar 16,93 juta ton, ekspor sebesar 1,99 juta ton, serta penjualan dari Thang Long Cement Company  Vietnam (TLCC) sebesar 1,75 juta ton.

"Saat ini dinamika industri semen di Indonesia mengalami pergeseran dengan masuknya delapan pemain baru sejak 2015, yang sebelumnya hanya tujuh produsen semen. Adanya pemain baru tersebut menyebabkan over capacity di Indonesia sebesar 30 juta ton, di mana tingkat utilisasi industri 2017 hanya 65%," katanya dalam keterangan tertulisnya kepada redaksi Warta Ekonomi, Rabu (19/9/2018).

Adi Munandir membeberkan, SMGR melakukan berbagai strategi untuk memenangkan persaingan.

"Kami melihat potensi perbaikan melalui penguatan fungsi Semen Indonesia sebagai Holding Company. Kami tidak lagi memandang Semen Indonesia terdiri dari tiga perusahaan semen di Indonesia yang terpisah-pisah dan fokus untuk mengoptimalkan kinerja Semen Indonesia secara terkonsolidasi," kata dia 

Menurut Adi, sejak Januari 2018, seluruh kegiatan pemasaran dan supply chain dipusatkan di Holding Company. Pihaknya memastikan tidak lagi terdapat dobel merek milik SMGR yang saling bersaing di pasar yang sama. Sebelumnya ditemukan merek Semen Gresik dan Semen Padang bersaing di Jakarta, atau Semen Gresik dan Semen Tonasa yang sama-sama dijual di Bali.

"Kondisi ini akan menambah tekanan persaingan di pasar dan berakibat pada persaingan harga jual.  SMGR melakukan rerouting atas jalur distribusi yang mampu memberikan biaya transportasi yang paling efisien. Kami juga melakukan renegosiasi dengan mitra penyedia jasa transportasi untuk menyesuaikan jenis kontrak seperti apa yang lebih efisien bagi perusahaan," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: