Dari sebuah mobil tangki yang beroperasi mengisi air minum ke depot-depot isi ulang air minum galon, Fenny Ruruh (63) bersama sang suami, Nusjun Wakari (68) menjalankan usaha kecil-kecilannya tersebut di kampung halaman, Minahasa, Sulawesi Utara.
Seiring berjalannya waktu, usaha Fenny pun dilirik oleh Departemen Perindustrian, yang kemudian menyarankan agar mata air yang terletak di belakang rumahnya dapat dimanfaatkan secara lebih, dengan membuatnya menjadi air minum kemasan. Akhirnya, dengan bantuan dari Kementerian Perindustrian berupa mesin air minum kemasan, ia pun bersedia untuk memulai usaha air minum kemasan gelas.
Namun Fenny mengaku tidak hanya mesin yang dibutuhkan untuk memulai usaha, melainkan dana yang akan menjadi modal awal baginya untuk memulai usaha air minum kemasan tersebut. Kemudian tepat di tahun 2011, Fenny memberanikan diri untuk mengajukan pinjaman ke LPDB-KUMKM (Lembaga Pengelola Dana Bergulir-Koperasi Usaha Mikro, Kecil, Menengah) Kementerian Koperasi dan UKM, yang menurutnya tidak memerlukan banyak persyaratan, dengan jumlah Rp750 juta.
Dengan modal usaha yang diperolehnya dari LPDB-KUMKM tersebut, ia pun mulai membangun pabrik air minum kemasan.
“Karena kalau kita mendapat bantuan mesin, kita harus punya pabriknya juga. Jadi setelah pabrik itu selesai, kemudian mesinnya datang, dan juga kita membeli genset. Bantuan dari LPDB itu kita gunakan untuk membangun gedung pabrik dan membeli genset,” ungkap Fenny beberapa waktu lalu di kedimannya, Minahasa, Sulawesi Utara.
Dari sanalah kemudian Fenny bersama sang suami, Nusjun Wakari (68) memulai usaha air minum kemasan gelas yang mereka labeli dengan nama Venustar.
Di awal bisnisnya, Fenny mengaku kesulitan dalam hal pemasaran. Sehingga stok air minum produknya seringkali menumpuk di gudang pabrik. Pasalnya, target pasar Venustar masih dikuasai oleh merek-merek besar. Namun tantangan bisnis ini tidak lantas membuatnya patah semangat, karena ia mengakui bahwa untuk bersaing dengan brand ternama dan produk daerah yang sudah lebih dulu ada di pasaran bukanlah hal yang mudah.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Fenny mengakalinya dengan menjual produk air minum kemasannya di bawah harga rata-rata air minum kemasan yang beredar di wilayah Sulut, seperti Gorontalo, Sanger, Kotamubagu, Manado, Ternate, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, dan berbagai kota lainnya di Sulut. Selain itu, Fenny juga terus melakukan sosialisasi mengenai produknya tersebut ke pasar. Selama satu tahun ia melakukan sosialisasi hingga akhirnya mampu Venustar kini telah mampu mendistribusikan air minum kemasan hingga
Bisnis air minum kemasan Fenny pun berkembang pesat hingga saat ini. Dalam satu hari Venustar dapat memproduksi sekitar 500 dus air minum kemasan gelas, dan mampu memasarkan hingga 12.500 dus per bulan. Maka omset yang diperoleh setiap bulannya mencapai sekitar Rp162 juta atau hampir Rp2 miliar per tahun. Sementara untuk mendistribusikan air minum ke depot-depot isi ulang Venustar mampu mengirimkan air hingga 8 tangki dalam sehari.
Kedepan, Fenny berencana untuk memasarkan Venustar ke pasar yang lebih luas yaitu ke luar dari wilayah Sulawesi Utara.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: