Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hubungan Pertemanan Trump-Xi Jinping Temui Jalan Buntu?

Hubungan Pertemanan Trump-Xi Jinping Temui Jalan Buntu? China's President Xi Jinping and U.S. President Donald Trump address business leaders at the Great Hall of the People in Beijing, China November 9, 2017. | Kredit Foto: Reuters/Jonathan Ernst
Warta Ekonomi, New York -

Donald Trump pada hari Rabu (26/9/2018)) mengakui jika persahabatannya dengan presiden China Xi Jinping bisa berakhir pasca tuduhan Trump yang menyasar Beijing karena telah merusak prospeknya dalam pemilu AS mendatang.

Dengan ketegangan yang meningkat tajam antara kedua belah pihak dalam berbagai masalah, Trump mengatakan China ingin dirinya mengalami kemunduran pemilihan sebagai balasan atas kebijakan kerasnya atas perdagangan kedua negara.

Setelah menuduh Beijing menggunakan berbagai taktik untuk merusak peluangnya pada jajak pendapat jangka menengah yang penting pada bulan November, dia juga mengatakan bahwa hubungan dengan presiden Xi Jnping akan memburuk.

Trump telah berbicara berkali-kali sejak dirinya menduduki Gedung Putih, dengan memuji pemimpin China untuk perannya dalam membantu memberikan tekanan pada Korea Utara atas program nuklirnya.

Tetapi, ketika ditanyakan pada konferensi pers di New York bagaimana Xi tetap dapat menjadi temannya seiring dengan meningkatnya ketegangan antar kedua negara, Trump mengindikasikan bahwa dia lebih suka dihormati daripada disukai.

"Dia mungkin bukan teman saya lagi tapi saya pikir dia mungkin menghormati saya," ujar presiden, seperti dilansir dari Channel NewsAsia, Kamis (27/9/2018).

Washington pekan ini memberlakukan tarif baru terhadap China yang meliputi impor senilai US$200 miliar lainnya, dan mengabaikan ancaman langkah-langkah penanggulangan dari Beijing.

"Kami harus membuatnya adil," tuturnya.

"Banyak uang masuk ke pundi-pundi kami. Dan itu sama sekali tidak berdampak pada ekonomi kita," pungkasnya.

China telah bersumpah untuk membalas dengan bea masuk atas US$60 miliar barang-barang AS, tetapi karena negara itu hanya mengimpor total US$130 miliar, kemampuannya untuk membalas dengan tarif yang sesuai kemungkinan terbatas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Bagikan Artikel: