Setelah sepekan menggunakan tower darurat, AirNav Indonesia mulai hari ini (8/10/2018), melayani penerbangan di bandara Mutiara Sis Al Jufri, Palu menggunakan mobile tower. Mobile tower ini didatangkan langsung dari Lombok usai menjalankan tugas pada bencana alam di Lombok.
Mobile tower AirNav Indonesia tiba di Pelabuhan Pantoloan, Palu hari Jumat lalu, yang dijemput oleh tim teknik AirNav Indonesia.
Direktur Utama AirNav Indonesia, Novie Riyanto, menugaskan langsung Direktur Teknik, Ahmad Aulia, untuk memimpin langsung tim dan memastikan mobile tower segera beroperasi.
Titik lokasi pemasangan ditentukan di dekat bangunan tower yang lama. Tim kemudian menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan seperti jaringan power supply dan jaringan telepon dan kemudian menaikkan cabin tower sesuai ketinggian yang dibutuhkan. Karena berada di lokasi gempa, dilakukan juga tes kestabilan cabin.
Tahapan selanjutnya adalah melakukan setting frequency seperti frequency tower saat ini, uji coba jangkauan peralatan VHF yang ada di cabin, serta memasang fasilitas komunikasi ground to ground untuk koordinasi. Seluruh proses pemasangan ini dilakukan ekstra hati-hati sebab tidak boleh mengganggu operasional tower darurat yang beroperasi 24 jam.
Tahap paling akhir adalah melakukan uji coba operasional. Setelah makukan serangkaian uji coba, pelayanan navigasi akhirnya dipindah ke mobile tower mulai Senin pagi. Pelayanan melalui mobile tower ini memiliki keunggulan dari tower darurat sebelumnya. Dilengkapi sejumlah peralatan canggih, jangkauan radio VHF di atas 100NM yang membuat jangkauan komunikasi lebih luas sehingga mempercepat komunikasi tower dengan pesawat.
Untuk petugas pemandu navigasi, mobile tower ini juga lebih bersahabat. Dimensi cabin dengan panjang 6,058m, lebar 2,438m dan tinggi 2,438m membuat ruang gerak petugas lebih leluasa. Selain itu cabin juga dilengkapi dengan fasilitas lampu penerangan, control desk, head set/hand mike, recorder, signal light gun, emergency lamp serta pendingin ruangan.
Hal ini dibutuhkan agar ATC dapat konsentrasi sepenuhnya dalam melayani penerbangan, mengingat kepadatan penerbangan di Bandara Palu yang meningkat sangat signifikan. Sebelum bencana, setiap harinya maksimal hanya ada 35 penerbangan yang dilayani. Namun saat ini setiap harinya hampir 200 penerbangan dari dan ke Palu yang dilayani oleh AirNav Indonesia.
Beroperasinya mobile tower ini, merupakan bentuk komitmen AirNav Indonesia dalam upaya pemulihan pasca Gempa dan Tsunami di Palu. Saat Gempa terjadi Jumat (28/09/2018), tower AirNav di Bandara Palu roboh dan sejumlah peralatan navigasi mengalami kerusakan. Bahkan seorang personil navigasi penerbangan, Antonius Gunawan Agung, turut gugur dalam gempa tersebut. Meski demikian, AirNav tetap bekerja memastikan bandara Palu dapat dibuka kembali.
“Kita harus bekerja keras memastikan layanan navigasi penerbangan berfungsi kembali sehingga penerbangan dapat dibuka. Palu tidak boleh terisolasi. Bantuan dan penanganan bencana sangat bergantung kepada bandara,” ujar Novie Riyanto di command center AirNav Indonesia malam hari saat terjadinya bencana Palu.
Akhirnya, tidak sampai 18 jam dengan membuat tower super darurat di tandem roller, pelayanan navigasi dapat dilakukan. Petugas navigasi bekerja keras untuk mengatur penerbangan dengan alat yang sangat darurat namun harus tetap memperhatikan keselamatan penerbangan. Sementara itu teknisi AirNav juga terus bekerja memeriksa dan memperbaiki peralatan navigasi agar pelayanan dapat ditingkatkan dari VFR (Visual Flight Rules) menjadi IFR (Instrumen Flight Rules).
Senin, 1 Oktober tower darurat akhirnya berdiri dan digunakan untuk melayani penerbangan. Tower darurat ini digunakan sambil menunggu kedatangan mobile tower dari Lombok yang didatangkan dengan kapal. Hari ini, pelayanan navigasi dilakukan dari mobile tower dan diharapkan meningkatkan terus layanan navigasi untuk membantu proses pemulihan Palu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: