Upaya pengurangan emisi gas rumah kaca dan peningkatan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim tak bisa dilakukan seorang diri. Perlu partisipasi banyak pihak untuk mewujudkan hal tersebut.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus berupaya mendorong partisipasi aktif masyarakat dan pihak terkait untuk melaksanakan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara berkelanjutan. Salah satu upaya yang Kemen LHK lakukan yakni mencanangkan Program Kampung Iklim (Proklim). Melalui program ini, kementerian memberikan penghargaan terhadap masyarakat yang secara berkesinambungan telah melakukan aksi lokal terkait upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Adapun, lokasi minimal program ini setingkat RW/dusun/dukuh dan maksimal setingkat kelurahan/desa.
Aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang dilakukan oleh kelompok masyarakat dan tokoh lokal berupa pengendalian banjir, longsor, atau kekeringan; peningkatan ketahanan pangan; penanganan kenaikan muka air laut; pengendalian penyakit terkait iklim; pengelolaan dan pemanfaatan sampah/limbah; penggunaan energi baru, terbarukan, dan konservasi energi; budidaya pertanian rendah emisi Gas Rumah Kaca; peningkatan tutupan vegetasi; hingga pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
Selain peran serta masyarakat, banyak pula lembaga non-pemerintah dan pelaku industri yang memberi dukungan penuh terhadap program ini. Salah satunya yakni PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang mendukung pelaksanaan Proklim di Desa Gunung Sari, Kecamatan Gunung Sahilan, Provinsi Riau.
Community Development RAPP, Zamzuli Hidayat, mengatakan masyarakat lokal di Desa Gunung Sari sudah memiliki kesadaran terhadap lingkungan sejak lama. Namun, kegiatan-kegiatan adaptasi dan mitigasi yang dilakukan masyarakat di desa tersebut belum terarah dan tanpa perencanaan.
"Alhasil, kondisi desa belum tertata dengan baik dengan penanaman dan penghijauan yang belum merata," ujarnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta.
Zamzuli Hidayat mengatakan masyarakat di Desa Gunung Sari pada awalnya tidak serta-merta menerima implementasi Proklim di wilayah mereka. Mereka memandang kegiatan Proklim hanya menyita waktu dan merepotkan masyarakat. RAPP pun ditantang untuk mengubah pola pikir masyarakat untuk mau menerapkan program ini sekaligus meningkatkan pemahaman terhadap perubahan iklim.
Dampak Positif
Kegiatan Proklim yang dilakukan di Desa Gunung Sari membuahkan hasil. Desa yang berada di Kabupaten Kampar ini mulai tertata dan lebih hijau karena penghijauan yang teratur serta peresapan air lebih mudah terjadi karena kegiatan pembuatan biopori.
"Saat ini kondisi lingkungan desa menjadi lebih hijau, lebih bersih, dan lebih sehat. Pada saat kemarau, masyarakat sudah mulai terhindar dari kekeringan dan sudah dapat memenuhi kebutuhan pangan sendiri," terangnya.
Ia mengatakan kegiatan ini juga memberi dampak positif terhadap masyarakat seperti tidak lagi melakukan pembakaran lahan, melakukan gotong royong secara rutin untuk menjaga kebersihan desa, dan melakukan pengumpulan dan pemisahan sampah. Saat ini sampah organik dikumpulkan untuk dibuat kompos sederhana sedangkan sampah plastik dikumpulkan untuk dimanfaatkan kembali menjadi barang yang berguna atau dijual.
"Bahkan, sudah ada anggota masyarakat yang memanfaatkan kotoran sapi menjadi biogas dan pupuk kompos untuk tanaman pertanian," paparnya.
Dalam kegiatan Proklim ini RAPP memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana seperti sarana produksi, bantuan infrastruktur rumah bibit, pembuatan biogas, hingga penghijauan. Selain itu, RAPP juga mendampingi masyarakat untuk melaksanakan kegiatan secara terencana dan menata pembukuan, mendorong masyakarat untuk pengurusan legalitas, serta pembinaan dalam melakukan kegiatan-kegiatan peningkatan pendapatan melalui budidaya pertanian, peternakan, dan perikanan.
"Keberhasilan Desa Gunung Sari menerapkan Proklim tak terlepas dari bantuan pemerintah baik pemerintah desa, kecamatan, maupun kabupaten. Selain di Desa Gunung Sari, kami juga melaksanakan program ini di enam desa lain, yakni Lalang Kabung, Sering, Pelalawan, Teluk Meranti, Olak, dan Banjar Benai," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: