DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan ekonomi Indonesia dinilai sangat membutuhkan daerah-daerah penyangga yang mampu mengurangi beban perkotaan. Di antaranya terkait ketersediaan permukiman dan sistem transportasi publik yang baik.
Pakar perencanaan wilayah dan kota dari Universitas Islam Bandung (Unisba), Ina Helena Agustina, mengatakan beban Jakarta sebagai ibu kota sudah pada taraf yang sangat berat. Perlu ada kota-kota tambahan untuk berbagi beban dengannya.?Kota penyangga itu kita menyebutnya hinterland.
"Kalau boleh dianalogikan, itu seperti pembantu rumah tangga, sangat dibutuhkan untuk kestabilan sebuah rumah tangga," ujar Helena, Selasa (13/11/2018).
Menurutnya, kebutuhan terhadap daerah penyangga ini muncul seiring dengan semakin padatnya jumlah penduduk dan harga rumah yang mahal di Jakarta. Para pekerja di Ibu Kota mencari tempat tinggal di pinggiran Jakarta yang nilainya relatif masih terjangkau.
Desakan kebutuhan permukiman ini lalu memunculkan kota-kota baru di wilayah penyangga. Biasanya kawasan permukiman berkonsep new town, memiliki fasilitas lengkap. Mulai dari tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan, lembaga pendidikan, hingga rumah sakit. Sebab, menurut Helena, konsep new town adalah orang tinggal, bekerja, dan menjalankan aktivitas di satu kawasan tersebut.
Namun di Indonesia, tidak ada yang murni berperan sebagai new town seperti itu. Sebab, umumnya orang-orang yang tinggal di hinterland tetap bekerja di kota inti. Begitu pun yang tampak di Jakarta dan daerah-daerah penyangganya.
“Karena itu, si hinterland (daerah penyangga) ini harus dikoneksikan dengan si kota inti (Jakarta) dengan transportasi yang baik, nyaman, dan aman. Bukan sekadar jaringan infrastruktur jalan, tapi moda transportasi publiknya harus dirancang seperti itu," imbuhnya.
Konektivitas hinterland dan kota inti itu seperti yang diusung Meikarta, sebuah kawasan permukiman baru di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Ada beberapa infrastruktur yang mendukung transportasi di wilayah Meikarta. Antara lain light rail transit (LRT) koridor Cawang-Bekasi Timur-Cikarang, jalan tol layang Jakarta-Cikampek, dan kereta cepat Jakarta-Bandung. Selain LRT, transportasi ke Cikarang akan semakin lancar dengan dibangunnya mass rapid transit (MRT) dari Bekasi hingga Cikarang.
"Kemudahan akses transportasi publik tersebut akan membantu mobilitas warga Meikarta dalam beraktivitas. Selain nyaman, transportasi massal itu dapat menyingkat waktu perjalanan dari rumah ke kantor," ungkap Helena.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: