Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lima Guru Madrasah Ini yang Paling Menginspirasi Indonesia

Lima Guru Madrasah Ini yang Paling Menginspirasi Indonesia Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Sebanyak lima guru madrasah yang dinilai paling menginspirasi di Indonesia mendapat penghargaan dari Kementerian Agama RI. Secara simbolis penghargaan diberikan oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, dalam acara Talkshow & Penghargaan Guru Inspiratif, di Bandung, Sabtu (8/12/2018).

Lima orang guru Madrasah berprestasi dari seluruh Indonesia yang menerima penghargaan dari Kementerian Agama tersebut selengkapnya adalah Ahmad Haris, guru MI Pulau Bua, Alor, Nusa Tenggara Timur, Untung, guru MI Miftahul Ulum, Sumenep, Jawa Timur, Suraidah, guru MI Darul Furqan, Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara, Indra Ariwibowo, guru MI Luar Biasa Budi Asih, Semarang, Jateng dan Supena dari MI al-Ishlah, Bani Menoy, Lebak, Banten.

Menag Lukman menjelaskan di seluruh Indonesia terdapat 49.337 madrasah dari tingkat madrasah Ibtidaiyah sampai Madrasah Aliyah. Sebanyak 92,1 persen diantaranya merupakan madrasah milik swasta, sisanya merupakan Madrasah Negeri. Di antara madrasah tersebut selalu muncul profil-profil istimewa yang mendedikasikan hidupnya untuk sekolah dan siswa yang diampunya serta pendidikan islam secara umum.

"Mereka adalah profil istimewa yang spirit dan perjuangannya menginspirasi kita semua. Negara dan bangsa ini berhutang kepada mereka," kata Menag ketika menjadi host dalam talkshow yang mendatangkan lima guru dengan kisah-kisah unik yang menginspirasi tersebut.

Menurut Menag, para penerima penghargaan ini memiliki kesamaan, yaitu menghadapi keterbatasan fasilitas, minim kesejahteraan, dam bergelimang kisah-kisah menyedihkan. Kekuatan mereka, dibentuk oleh kecintaan mereka kepada anak-anak didik yang luar biasa.

"Tetapi mereka menaklukkan semua tantangan itu dengan kekuatan keikhlasan tingkat tinggi. Kalau kita refleksikan kepada diri kita, belum kita sanggup melakukannya," kata Menag.

Para guru yang mendapat penghargaan seluruhnya berasal dari daerah-daerah terpencil. Ahmad Haris misalnya, harus menempuh jarak berkilo-kilo meter dari rumahnya ke sekolah tempatnya mengajar di MI Pulau Bua, Alor, Nusa Tenggara Timur. Setiap hari pria 40 tahun ini harus keluar rumah pada pagi buta, berjalan 3 kilometer melewati hutan, lalu berenang menyebrangi selat sejauh satu mil hanya untuk mengajar. Hal ini dilakukannya selama 15 tahun terakhir dengan gaji guru madrasah yang tak seberapa nilainya.

Indra Ariwibowo, guru MI Luar Biasa Budi Asih, Semarang, Jateng mengungkapkan, ia harus berjuang bersama muridnya yang pada awalnya hanya berjumlah empat orang di kelas yang selalu banjir jika musim hujan tiba. 

"Bersama beberapa rekannya ia berhasil menghidupkan kembali sekolah tua yang sudah hampir tutup, mengubahnya menjadi sekolah untuk anak berkebutuhan khusus yang kini telah memiliki gedung tanah dan sendiri," jelas Menag.

Para pendidik istimewa tersebut dihadirkan di hadapan 500 undangan yang memenuhi Convention Hall, Hotel Harris, Bandung. 

Adapun, guru yang juga kepala sekolah MI Darul Furqan, Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara Suraidah mengungkapkan, daerahnya merupakan kawasan terpencil yang bergelimang kemiskinan. Secara umum siswa di daerahnya merupakan siswa miskin yang masih menghadapi masalah dengan baju seragam, sepatu, dan alat-alat sekolah.

"Ada murid saya kakak beradik yang harus memekai satu baju seragam secara bergantian dengan adiknya yang mengambil kelas sore," katanya. 

Sementara itu, Direktur Guru Dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemenag, Suyitno, meminta guru terus berinovasi dalam menyebarkan ilmu dan moderasi Islam untuk masa depan agama dan negara yang baik. 

"Teruslah melahirkan inovasi dalam menebarkan ilmu kepada anak didik. Anda tidak sendirian karena kami selalu mendorong dan mengafirmasi di tingkat kebijakan," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: