Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

World Bank: Asia Timur Perlu Sesuaikan Pembangunannya

World Bank: Asia Timur Perlu Sesuaikan Pembangunannya Kredit Foto: Antara/Afriadi Hikmal
Warta Ekonomi, Kuala Lumpur -

Laporan A Resurgent East Asia, Navigating a Changing World menyatakan bahwa kemajuan luar biasa yang terlihat di kawasan saat ini belum tentu terjamin di masa depan. Model pembangunan yang telah mendorong apa yang disebut Keajaiban Asia Timur harus beradaptasi dengan perubahan teknologi, melambatnya pertumbuhan perdagangan, dan berbagai perubahan terkait keadaan negara, jika kemajuan tersebut ingin dipertahankan.

World Bank Vice President for East Asia and the Pacific, Victoria Kwakwa, mengatakan Asia Timur telah menjadi kawasan paling sukses selama seperempat abad terakhir.

"Sejak tahun 2000, PDB kawasan naik lebih dari tiga kali lipat, mengangkat lebih dari satu miliar orang keluar dari kemiskinan. Meski ada kemajuan tersebut, negara-negara di kawasan ini masih memiliki ketimpangan yang signifikan dalam hal produktivitas tenaga kerja, modal manusia, dan standar hidup dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan tinggi,” kata Victoria Kwakwa, dilansir dari keterangan resminya, Jakarta, Senin (10/12/2018).

Sementara itu, World Bank Chief Economist for East Asia and the Pacific, Sudhir Shetty, menyebutkan kombinasi kebijakan yang mendorong pertumbuhan berorientasi keluar, pertumbuhan padat karya, sambil memperkuat modal manusia dasar dan menyediakan tata kelola ekonomi yang baik, telah menghasilkan pertumbuhan yang cepat dan berkelanjutan dan berperan penting dalam menggerakkan ratusan juta orang di Asia Timur keluar dari kemiskinan dan menuju keamanan ekonomi

“Tetapi meningkatkan pembangunan mungkin akan sangat menantang dengan adanya perubahan cepat di dunia dan di kawasan. Para pembuat kebijakan perlu menyesuaikan unsur-unsur model pembangunan tradisional Asia Timur untuk secara efektif memenuhi tantangan yang muncul ini," kata Sudhir Shetty

Laporan ini mengkaji sifat tantangan-tantangan tersebut dan menggambarkan bagaimana pembuat kebijakan di seluruh negara berkembang Asia Timur bisa mengatasinya dalam dekade mendatang. Laporan mengidentifikasi kombinasi dari kedua prioritas kebijakan baru dan lama di lima bidang utama:

1. Meningkatkan daya saing ekonomi.

Selain terus memperkuat lingkungan bisnis dan regulasi, prioritas yang muncul termasuk reformasi sektor jasa, memperdalam perjanjian perdagangan, kebijakan inovasi yang lebih luas, dan peningkatan akses ke pembiayaan, terutama untuk usaha kecil dan menengah.

2. Meningkatkan keterampilan.

Di luar fokus pada modal manusia saat ini, juga akan semakin penting untuk mendukung pengembangan keterampilan lanjutan, termasuk keterampilan sosio-emosional dan literasi digital.

3. Membangun inklusi.

Selain program perlindungan sosial tradisional, program untuk mengalihkan pekerja rentan ke peluang kerja baru dan memastikan akses terjangkau ke teknologi digital akan dibutuhkan.

4. Memperkuat institusi negara.

Negara-negara akan perlu meningkatkan efektivitas melalui peningkatan suara dan partisipasi masyarakat, peningkatan transparansi, dan akuntabilitas pemerintah yang lebih besar.

5. Membiayai transisi ke status berpenghasilan tinggi.

Pemerintah akan perlu mencari cara untuk membiayai agenda kebijakan yang lebih besar untuk mencapai status berpenghasilan tinggi dengan meningkatkan mobilisasi pendapatan domestik.
Meskipun sifat dan laju perubahan yang tepat masih belum pasti, kenyataannya adalah perubahan tengah terjadi dan mengabaikannya bukanlah sebuah pilihan.

A Resurgent East Asia menyimpulkan bahwa bila pembuat kebijakan di kawasan tersebut tidak bertindak tegas, mereka berisiko kehilangan peluang untuk mempertahankan kinerja pembangunan Asia Timur yang luar biasa tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Kumairoh
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: