Di tengah himpitan situasi global yang sedang dilanda pengetatan, arah kebijakan moneter Indonesia tahun depan agaknya akan melanjutkan kebijakan yang sama, konservatif. Tahun mendatang Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) masih akan menerapkan pengetatan kebijakan moneter, salah satunya menaikkan suku bunga. Langkah ini kemungkinan akan diikuti oleh European Central Bank (ECB), yang mulai menormalisasi suku bunganya.
"Maka bisa ditebak, Bank Indonesia (BI) juga akan melakukan hal yang sama. Hal ini agaknya sudah dapat dipastikan, hanya pertanyaannya, akan berapa kali? Saat kondisi global sedang tak pasti dan rupiah dalam tekanan, jawaban yang paling instan bagi BI adalah menaikkan interest rate," ujar Direktur Riset Center Of Reform on Economic (CORE) Piter Abdullah Redjalam di Jakarta, Rabu (12/12/2018).
Menuturnya, kenaikan suku bunga diyakini dapat mengurangi tekanan pada nilai tukar rupiah, tetapi di sisi lain akan berdampak pada investasi dan pertumbuhan.
"The Fed, saya duga, akan menaikkan suku bunganya paling banyak tiga kali dengan kemungkinan menahan jadi dua kali. Ini sedikit menurun daripada tahun ini yang rencananya mencapai empat kali apabila Desember ada kenaikan lagi," ucapnya.
Di tengah kemungkinan berlanjutnya kenaikan suku bunga di atas, para pelaku ekonomi harus bersiap menghadapi kenaikan inflasi. Tahun ini inflasi diperkirakan di kisaran 3,2% atau di range bawah target BI, yaitu 3,5 plus minus 1%. 2019, inflasi diperkirakan melonjak seiring kemungkinan menaikkan harga BBM bersubsidi dan TDL yang sudah ditahan selama 2018.
"Fokus BI saat ini ada pada neraca pembayaran, khususnya pada current account. Menaikkan suku bunga acuan adalah langkah logis untuk merespons current account kita yang masih akan defisit tahun depan jika dilihat dari strukturnya," paparnya.
Lalu, bagaimana dengan perbankan? Dengan tiga sampai empat kali kenaikan suku bunga, maka akhir tahun 2019 posisi bunga acuan akan ada di 6,75-7,0 %. Meski tergolong tinggi, angka itu diperkirakan tidak akan terlalu mengganggu penyaluran kredit perbankan karena kredit perbankan tak secara kuat dipengaruhi oleh suku bunga.
"Tetapi yang lebih berpengaruh adalah kondisi ekonomi. Perekonomian Indonesia itu tipikalnya lebih di-drive oleh harga komoditas. Sedangkan harga komoditas tahun depan cenderung menurun dibanding 2018, tetapi masih lebih baik daripada 2017," katanya.
Untuk kredit perbankan, Piter memperkirakan akan lebih baik daripada 2017, tetapi menurun dari 2018. "2019 dengan kenaikan suku bunga dan perlambatan ekonomi global, maka kami proyeksikan kredit akan ada di angka 10-11 %," tuturnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: