Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ibu-Ibu Zaman Now Memperjuangkan Kesetaraan Gender

Ibu-Ibu Zaman Now Memperjuangkan Kesetaraan Gender Kredit Foto: RAPP
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kongres Perempuan Indonesia pertama yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 22 Desember tahun 1928 merupakan tonggak bersejarah bagi perempuan di Indonesia. Begitulah kalimat pertama dalam buku Susan Blackburn berjudul Kongres Perempun Pertama.

Kongres yang diadakan 17 tahun sebelum Indonesia merdeka tersebut dihadiri sebanyak 1.000 orang dan diikuti oleh 30 organisasi perempuan. Dalam kongres tersebut, organisasi perempuan di Indonesia bersatu untuk berjuang agar bisa memiliki hak yang sama dengan lelaki di bidang pendidikan dan pernikahan.

Pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia, Presiden Pertama Indonesia Soekarno melalui Dekrit Presiden RI Nomor 316 Tahun 1953 menetapkan tanggal 22 Desember menjadi Hari Ibu. Kongres Perempuan Indonesia disebut-sebut sukses digelar. Lalu, bagaimana perjuangan perempuan setelah 90 tahun Kongres Perempuan Indonesia dilangsungkan?

Perjuangan perempuan untuk menyetarakan kedudukan dengan laki-laki masih terus dilakukan hingga saat ini. Hal tersebut tercermin dari perjuangan dua wanita yang bisa dikategorikan sebagai ibu-ibu zaman now, yang terus berjuang untuk mewujudkan mimpi dengan berkarier di PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).

Strategic Planner RAPP, Catur Wulan Yuniastuti, memandang jika kesetaraan gender akan tercipta ketika seorang wanita tidak membatasi diri dalam hal apapun. Wanita yang mengidolakan Kanselir Jerman Angela Merkel ini mengatakan seorang perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki jika memang ada keinginan dan kegigihan, meski di Indonesia menganut budaya timur.

Wanita yang pertama kali bergabung di RAPP pada tahun 2011 dalam program Assistant Trainee ini berhasil memperoleh berkah karena tidak menerapkan batasan terhadap dirinya. Ia mendapatkan gelar Master setelah menempuh pendidikan di Jerman yang dibiayai oleh RAPP. Saat dikirim ke Jerman, wanita yang mengenyam pendidikan S1 di Universitas Gadjah Mada ini sedang dalam masa kehamilan muda. Ia pun harus melahirkan anak di Jerman tanpa dampingan keluarga.

"Sebagai seorang perempuan, kita harus berpikir bahwa kita pasti mampu. Apabila optimis, kita pasti bisa menghadapi dan menyelesaikan segala tantangan," katanya dalam sambungan telepon dengan Warta Ekonomi, belum lama ini.

Catur mengakui bahwa menjalani peran sebagai seorang ibu sekaligus wanita karier tidaklah mudah. Hingga saat ini ia pun masih terus belajar untuk menyeimbangkan antara keluarga dan karier. Untungnya, ia menikah dengan sesama karyawan RAPP yang juga membidangi kehutanan. Alhasil, keduanya bisa saling mendukung agar tercipta keseimbangan tersebut.

Saat melakukan wawancara telepon dengan Warta Ekonomi, ia pun sempat meluangkan waktu untuk pulang ke rumah menemui anaknya saat jam makan siang.

"Terus terang saat ini saya masih belajar untuk menyeimbangkan antara keduanya. Beruntung suami saya selalu memberi support agar keluarga tetap nyaman dan target kerjaan tercapai," ucapnya.

Senada dengan Catur, Jayanti Primades yang merupakan karyawan RAPP di bidang Business Continuous Improvement Department (BCID) ini menyatakan jika seorang perempuan apalagi yang telah menjadi ibu harus mempersiapkan mental ketika memutuskan untuk menjadi wanita karier. Pasalnya, mereka memiliki tantangan untuk menyeimbangkan peran dalam mengembangkan perusahaan dan buah hati.

"Terkadang, saya sedih karena tidak bisa mendampingi aktivitas anak sehari-hari. Kalau tidak siap mental, kita akan selalu kepikiran si kecil di rumah sehingga tidak fokus dalam bekerja," ucapnya.

Ibu muda berusia di bawah 30 tahun ini memiliki resep tersendiri dalam mengatasi tantangan tersebut. Menurutnya, sikap profesional merupakan kunci untuk menjawab hal tersebut.

"Kalau memang sedang bekerja, kita fokus dengan kerjaan. Lalu saat tiba di rumah kita fokus dengan keluarga," ungkapnya.

Wanita yang bergabung di RAPP pada tahun 2013 lewat program Graduate Trainee ini pun bersyukur karena pihak perusahaan selalu memfasilitasi setiap kebutuhan karyawan. Salah satunya adalah dengan menyediakan perumahan di lingkungan kerja. Hal tersebut sangat membantu karena ia bisa memiliki waktu lebih lama untuk bersama dengan keluarga.

Selain itu, RAPP kerap melaksanakan kegiatan yang melibatkan keluarga karyawan. Di sisi lain, perusahaan yang berada di bawah naungan APRIL ini pun membuka kesempatan yang besar bagi karyawan untuk berkembang dengan tidak membeda-bedakan gender. Dalam mengembangkan karier dan perusahaan, ibu satu anak ini terinspirasi oleh Maria Sklodowska-Curie yang merupakan ahli dalam bidang fisika dan matematika dan merupakan pemenang hadiah Nobel dua kali, yakni fisika pada tahun 1903 dan kimia pada 1911.

Ia mengisahkan jika Marie-Curie harus sembunyi-sembunyi untuk belajar karena diskriminasi gender yang menimpa dirinya sebagai seorang perempuan. Pada tahun 1891 Marie melanjutkan studi tentang fisika dan matematika di Universitas Sorbonne. Baru setelah pergi ke Paris, dia bisa lebih leluasa untuk melakukan riset.

"Saya terinspirasi dengannya. Dia memiliki sifat pekerja keras dan tak pantang menyerah dalam menggapai mimpi. Saya rasa setiap perempuan di dunia ini bisa melakukan hal yang sama dengannya untuk mewujudkan cita-cita," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: