Fintech adalah topik hangat akhir-akhir ini. Teknologi ini dengan cepat mendapatkan popularitas dan adopsi, karena banyak negara global sedang melalui transformasi digital lengkap. Sebuah laporan baru-baru ini oleh firma akuntansi global Deloitte, dalam kemitraan dengan Robocash Group, menyatakan bahwa negara-negara ASEAN memiliki potensi tertinggi di pasar fintech hingga 2020.
Lanskap canggih memfasilitasi pengembangan teknologi keuangan dan arus masuk investasi yang diperkirakan akan meningkat lebih dari 20-30 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Lebih dari 60 perusahaan fintech swasta berbagi pandangan mereka tentang faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghambat pengembangan fintech.
Jajak pendapat, yang dirilis baru-baru ini, dikutip dari Entrepreneur.com (31/12/2018), mengungkapkan bahwa kapasitas pasar adalah kekuatan pendorong utama bagi industri di seluruh dunia. Sebagian besar responden positif tentang peluangnya di Amerika Utara (96 persen), ASEAN (94 persen), dan Eropa (92 persen) dan menganggap Amerika Latin tertinggal (81 persen). Pada saat yang sama, 89 persen perusahaan yang disurvei menyebutkan bahwa penetrasi layanan perbankan yang rendah membawa negara-negara ASEAN ke garis depan dalam pengembangan teknologi keuangan dan ini kurang relevan untuk Eropa (84 persen), Amerika Utara (82 persen) ), dan Amerika Latin (61 persen).
Apalagi, banyak pakar menunjuk pada keterbukaan pelanggan ASEAN terhadap teknologi dan produk baru yang memfasilitasi perubahan yang menguntungkan dalam ekosistem teknologi. Secara keseluruhan, faktor-faktor ini berjanji untuk meningkatkan secara signifikan perkembangan fintech di ASEAN dalam satu-tiga tahun.
Kunci Inklusi Keuangan
Meskipun banyak negara ASEAN masih merupakan pasar baru, inklusi keuangan yang tidak memadai telah menjadi pendorong utama industri ini dan memungkinkan untuk membawa keahlian dan teknologi canggih dari pasar maju.
Pada 2017, fintech di ASEAN memperoleh US $ 5,7 miliar, yang kurang dari seperempatnya di AS. Pada akhir tahun ini, pasar mengharapkan untuk melihat pertumbuhan lebih dari 20-30 persen mempertimbangkan hasil pada kuartal pertama tahun ini, kata laporan tersebut.
Masa Depan Pinjaman Online yang Cerah
Laporan itu juga menambahkan bahwa pinjaman online dianggap sebagai arah yang paling menjanjikan di Asia karena kontribusinya pada inklusi keuangan yang lebih baik.
“Sebagai perusahaan yang beroperasi di pasar pinjaman online Eropa dan Asia, kami melihat bahwa ASEAN berhasil mengikuti tren global. Penetrasi Internet yang tinggi dan konektivitas seluler membuat perusahaan fintech lokal bertujuan menyediakan solusi yang intuitif, mudah diakses, dan efektif,” kata Sergey Sedov, Kepala Eksekutif Robocash Group, “kami secara aktif menginvestasikan sumber daya dan waktu dalam verifikasi pelanggan, streaming proses, dan otomatisasi yang melibatkan penggunaan kecerdasan buatan dan data besar. Fintech adalah industri yang berubah dengan cepat dan mau tidak mau membawa perubahan positif ke pasar. Namun, teknologi yang terkait dengan penilaian, keuangan pribadi, dan bidang lainnya pasti akan tetap menjadi fokus dalam perspektif jangka panjang.”
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar