Bhinneka, platform e-commerce yang telah hadir sejak 1993 menilai VUCA sebagai salah satu tantangan yang mereka hadapi. Ketidakpastian yang timbul bersama dengan VUCA pelaku industri e-commerce harus mencari cara agar tidak terjebak di dalamnya.
CEO dan Founder Bhinneka, Hendrik Tio, mengatakan, kondisi lapangan menjadi tidak pasti. Teknologi pun terus berubah karena mengalami perkembangan. Begitu pula perilaku masyarakat yang ikut berubah.
"Kecepatan perubahan tersebut sangat penting, dan itu menjadi tantangan bagi kami. Kami harus menghadapinya dengan inovasi yang konsisten," ujar Hendrik, Selasa (8/1/2019).
Dari sisi teknologi, pelaku industri e-commerce seperti Bhinneka perlu membangun teknologi yang lebih baik dari sebelumnya. Hal itu menjadi tantangan karena Indonesia sendiri mengalami kekurangan talenta sehingga para pelaku industri berlomba-lomba dalam merekrut talenta terbaik.
Chief of Tech Officer Bhinneka, Lodewijk Tanamal, menyampaikan, "PR kami adalah teknologi, platform yang sekarang kami gunakan masih versi beta sehingga belum full blast. Kami sedang mengembangkannya secara besar-besaran, termasuk di back-end dan omnichannel. Rencananya, pertengahan tahun ini akan kami rampungkan semuanya."
Selain pengembangan teknologi, adopsinya pun menjadi tantangan tersendiri. Baik bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan.
"Kami libatkan teknologi dalam setiap proses di platform, tapi ada saja pelanggan yang lebih memilih cara konvensional. Perlu edukasi lagi mengenai keterlibatan teknologi di era ini agar pihak internal dan eksternal bisa mengadopsi teknologi dengan baik," papar Hendrik.
Langkah berinovasi secara konsisten dan kreatif dinilai tepat untuk mengembangkan dan mengadopsi teknologi. Hak itu mendorong pertumbuhan perusahaan di masa depan. Bhinneka sendiri telah mengalami pertumbuhan 40% di segmen business-to-business karena inovasi online-to-offline mereka.
Selain itu, kolaborasi juga dianggap penting untuk segmen business-to-consumen. Bhinneka berkolaborasi dengan para marketplace untuk menyediakan barang dan channel di ekosistem masing-masing pemain.
"Dari pada terjebak dengan permainan saat ini dan bertempur satu sama lain, lebih baik kolaborasi," tutup Hendrik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: