Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Banyak Restoran Terganggu dengan Platform Teknologi Makanan, Kenapa?

Banyak Restoran Terganggu dengan Platform Teknologi Makanan, Kenapa? Kredit Foto: File/ via scoopwhoop.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam beberapa bulan terakhir kita telah melihat perusahaan teknologi makanan, seperti Swiggy, Zomato, dan UberEats memikat pelanggan dengan gratis dan penawaran yang bahkan tidak berlaku di banyak restoran. Dan hal itu menyebabkan persaingan di industry.

Restoran merasa bahwa perusahaan teknologi makanan ini tidak hanya menarik pelanggan dengan kesepakatan ini tetapi juga berusaha untuk menghapus usaha kecil menengah. Tapi, seperti kata mereka, semua yang bersinar tidak berkilauan.

Berikut adalah 5 alasan utama pemilik restoran merasa terganggu dengan pemain teknologi makanan:

Diskon Besar-Besaran

Diskon besar-besaran atau promo  telah menjadi norma baru bagi para pemain teknologi makanan ini untuk memikat pelanggan. Mereka telah menawarkan diskon sementara di bawah harga biaya kepada pelanggan.

Hal ini tidak hanya menciptakan hambatan dalam bisnis restoran, tetapi juga membuat restoran kecil menghadapi kerugian dan banyak bahkan yang harus tutup.

“Tidak seperti ritel, pembatasan FDI (investasi asing langsung) tidak diterapkan pada sektor restoran atau agregator layanan makanan. Sebagai sebuah asosiasi, kami mengadakan diskusi meja bundar minggu depan dengan keempat agregator pengiriman makanan utama untuk membahas diskon besar-besaran dan masalah cloud kitchen, yang berdampak buruk pada industri restoran,” kata Rahul Singh, Presiden, Asosiasi Restoran Nasional India (NRAI).

Membuat Dapur Sendiri

Pemain seperti Swiggy telah memulai dapur mereka sendiri, yakni The Bowl Company di mana mereka mengarahkan pelanggan untuk memesan dari dapur di rumah mereka. Ini tidak hanya penyalahgunaan data pelanggan, tetapi juga untuk restoran yang membayar mahal untuk terdaftar di platform tersebut.

Berfokus pada Promosi Sendiri

Tidak peduli pemilik restoran membayar tarif tinggi, pemain seperti Swiggy lebih rajin mempromosikan dapur mereka sendiri daripada mitra restoran. Setiap kali, pelanggan masuk ke situs web Swiggy, mereka akan melihat iklan merek Swiggy terlebih dahulu. Ini jelas menyalahgunakan basis data pelanggan yang mengunjungi platform tersebut untuk memesan makanan.

Pemasok Sendiri

Pemain seperti Zomato telah memulai perusahaan pemasok naungannya sendiri yang bernama Hyperpure. Perusahaan ini menjual sayuran, ayam, dan restoran daging dan makanan lainnya yang terdaftar di Zomato untuk bahan baku dari perusahaan ini.

Menghambat Margin

Dengan diskon seperti itu, restoran menghadapi margin rendah sehingga kehilangan bisnis dan gagal meraih keuntungan dari perusahaan teknologi pangan mana pun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: