Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bagaimana Rekam Jejak Facebook di Asia Pasifik Sejak 2009?

Bagaimana Rekam Jejak Facebook di Asia Pasifik Sejak 2009? Kredit Foto: Reuters/Dado Ruvic
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejak 2009, Facebook mulai merambah ke pasar Asia Pasifik. Perusahaan yang berdiri resmi pada 2004 itu mendirikan kantor di Sydney, Australia. Lantas, bagaimanakah rekam jejak perusahaan teknologi itu di ranah Asia Pasifik hingga hari ini?

2009-2011

Setelah mendirikan kantor di Asia Pasifik, perjalanan Facebook berlanjut dengan ide untuk membuat fitur Safety Check saat Jepang dilanda gempa pada 2011. Insinyur Facebook di Jepang menyaksikan peristiwa itu secara langsung dan ingin mencari cara untuk membantu. Fitur Safety Check menjadi jawaban dari keinginan tersebut.

Fitur itu dapat digunakan oleh pengguna untuk memeriksa keadaan rekan atau keluarga pascabencana atau peristiwa krisis terjadi. Tak hanya itu, ia juga bisa meminta bantuan kepada sesama pengguna Facebook, baik yang berada di sekitarnya maupun daerah lain.

2014-2016

Untuk pertama kalinya di Asia Pasifik, fitur Safety Check digunakan pada bencana angin taifun Ruby di Filipina pada 2014. Sejak saat itu, fitur itu digunakan lebih dari 1.400 kali oleh para pengguna dari berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Menurut keterangan resmi Facebook Indonesia, pada bencana gempa bumi di Donggala-Palu lalu, fitur itu menerima lebih dari 250 permintaan bantuan lewat Community Help.

Pada tahun yang sama dengan bencana taifun Filipina, Facebook juga diramaikan dengan tantangan Ice Bucket. Di Asia Pasifik sendiri, Australia menjadi negara nomor 2 dunia yang paling banyak mengunggah tantangan itu di Facebook.

Setahun berikutnya, perusahaan teknologi itu meluncurkan fitur Amber Alerts di negara pertama wilayah Asia Pasifik, yakni Korea Selatan. Fitur itu memuat laporan anak hilang dalam beranda pengguna Facebook.

Fitur itu berhasil menemukan seorang anak perempuan berusia 8 tahun di Malaysia pada 2016. Seorang pengguna Facebook melihat tanda peringatan dari fitur Amber Alerts dan melaporkan keberadaan anak perempuan itu ke polisi.

Pada tahun yang sama, banyak inovasi yang Facebook luncurkan di wilayah Asia Pasifik. Pertama, gerakan She Means Business yang bertujuan untuk memberdayakan pengusaha perempuan di wilayah itu. Sampai saat ini, ada lebih dari 24 negara di dunia dengan lebih dari 136 ribu perempuan yang telah dilatih lewat gerakan tersebut.

Selanjutnya, fitur video call WhatsApp diluncurkan pertama kali di dunia, sebelum akhirnya dirilis secara global. India memiliki pengguna WhatsApp terbanyak, yakni 160 juta pengguna aktif tiap bulan.

Facebook juga mengukung pergerakan startup dengan meluncurkan program Developper Circles pada 2016. Saat ini, terdapat 76 pengembang ahli di Asia Pasifik yang membina lebih dari 100 ribu pengembang.

Baca Juga: Facebook akan Integrasikan Messenger, WhatsApp, dan Instagram

2017-2019

Perusahaan teknologi itu memperluas jaringan ke sektor marketplace setelah melihat perilaku pengguna, khususnya di Indonesia, yang melakukan transaksi jual beli dalam komunitas mereka di platform itu. Begitu pula dengan Thailand, pengguna dapat mencari properti untuk disewa dalam marketplace Facebook.

Selanjutnya, Facebook menggelar pertemuan InstaMeet di Jakarta. Lebih dari 1.000 pengguna Instagram menghadiri kopi darat itu untuk bertemu dengan kenalan mereka atau membangun koneksi baru.

Mereka juga meluncurkan program Made By untuk menyokong UMKM di Korea Selatan, Malaysia, dan Taiwan. Lebih dari 4.613 pemilik UMKM di 3 negara itu mendapatkan pelatihan untuk mengelola bisnis mereka secara lebih baik dan efisien.

Memasuki 2018, Facebook meluncurkan data center pertama mereka di Asia yang berlokasi di Singapura. Lahan seluas 170 ribu meter itu memerlukan dana lebih dari US$1 triliun.

Di India, Pakistan, dan Bangladesh, pengguna Facebook dapat mendaftarkan diri untuk mendonorkan atau melakukan transfusi darah lewat fitur Blood Donations. Nantinya, pengguna akan mendapat pemberitahuan bila ada seseorang, bank darah, atau rumah sakit di sekitarnya yang membutuhkan darah.

Gerakan Social for Good juga diluncurkan di India pada 2018. Lebih dari 3 juta pengguna menyaksikan siaran langsung yang membahas kesadaran akan kesehatan mental serta intimidasi siber yang dialami oleh pengusaha perempuan.

Sementara di Indonesia, Facebook membangun Ruang Komunal Indonesia. Di sana, partner swasta dapat berkumpul untuk berdiskusi, berkolaborasi, atau pun hanya sekadar membangun koneksi baru.

Secara global, perusahaan yang didirikan oleh Zuckerberg itu merilis Program Facebook Community Leadership. Melalui program itu, terdapat pelatihan, dukungan, dan pendanaan kepada 115 pemimpin terpilih dunia, di mana 35 di antaranya berasal dari Asia Pasifik.

Meski sempat tersandung masalah kebocoran data, Facebook mengklaim masih memiliki 2,2 miliar pengguna secara global. Sementara di Indonesia, mereka masih mempunyai 115 juta pengguna aktif per bulan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: